jelajahi jogja.. jogjaa!!!
Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta
Malioboro adalah nama seruas jalan di pusat kota Yogyakarta. Nama jalan
ini sangat populer sebagai lokasi wisata di kota ini. Banyak wisatawan
yang menyempatkan diri untuk mengunjungi lokasinya untuk merajut
kenangan yang indah.
Bagi mereka, berkunjung ke kota Jogjakarta terasa tak lengkap jika tidak mengunjungi kawasan Malioboro.
Malioboro adalah nama seruas jalan di pusat kota Jogjakarta. Panjang
jalan Malioboro itu sendiri sekitar 500 meter dan bersambung dengan
nama jalan lainnya. Nama Malioboro ini konon merupakan nama seorang
anggota pasukan kolonial dari Inggris yaitu Marlborough yang pernah
menduduki Jogjakarta pada tahun 1811-1816.
Tetapi lain jika dilihat dari segi sejarahnya menurut dalam tinjauan budaya. Jalan yang membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi.
Jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Diantara anggota komunitas itu adalah Emha Ainun Najib , budayawan kondang yang lebih dikenal dengan nama Cak Nun. Budayawan yang identik dengan kelompok musik religi Kyai Kanjeng ini bahkan menjuluki Umbu Landu Paranggi sebagai Presiden Malioboro.
Tetapi lain jika dilihat dari segi sejarahnya menurut dalam tinjauan budaya. Jalan yang membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi.
Jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Diantara anggota komunitas itu adalah Emha Ainun Najib , budayawan kondang yang lebih dikenal dengan nama Cak Nun. Budayawan yang identik dengan kelompok musik religi Kyai Kanjeng ini bahkan menjuluki Umbu Landu Paranggi sebagai Presiden Malioboro.
Lokasi jalan ini tak jauh dari tempat-tempat yang menjadi Ikon Jogjakarta lainnya seperti Keraton Jogjakarta, Stasiun Tugu, Masjid Agung Jogjakarta, Pasar Beringharjo, Gedung Agung, Museum Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Oemoem 11 Maret 1949 dan sebagainya.
Berada dan melintasi kawasan Malioboro selain bisa untuk cuci mata, juga
bisa menjadi tempat untuk berbelanja. Utamanya berbelanja oleh-oleh
atau souvenir yang khas dan berkaitan dengan Jogjakarta.
Pasalnya, di kedua sisi Jalan Malioboro terdapat banyak toko dan Lapak Pedagang
dengan berbagai jenis dagangannya. Mereka ada yang menjual barang
dagangannya dengan harga yang pas dan ada juga yang memberi penawaran
harga jual terlebih dahulu.
Karena itu sebelum membeli, perlu untuk menyimak bahan dan kualitasnya sebelum memutuskan untuk membeli. Tentu saja dengan menawar harga barangnya terlebih dulu.
Karena itu sebelum membeli, perlu untuk menyimak bahan dan kualitasnya sebelum memutuskan untuk membeli. Tentu saja dengan menawar harga barangnya terlebih dulu.
Pedagang di Malioboro didominasi dengan menjual dagangan berupa
kaos-kaos dengan beragam tulisan dan gambar khas Jogja. Warna dan
desainnya cukup menarik dan harganya berkisar Rp 15.000-Rp 35.000 per
buah.
Begitu juga dengan dagangan berupa sandal beraneka bentuk dan warna yang menarik bisa menjadi souvenir dari Jogja.
Selain itu juga ada beraneka bentuk kerajinan dari kayu, kulit seperti
wayang kulit dan sejenisnya, kerajinan dari bunga dan dedaunan kering,
Blangkon ( penutup kepala khas Jawa), batik. dan sebagainya.
Tentu saja ada banyak pilihan oleh-oleh camilan atau kue-kue khas Jogja seperti Bakpia patuk dan sebagainya.
Bagi penggemar kuliner, diantara beraneka jenis Makanan Khas Jogja yang dijajakan disana, mencoba lezatnya makanan Gudeg yang terbuat dari nangka muda terasa sayang untuk dilewatkan.
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga
Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna
Penjual berragam kuliner khas Yogyakarta itu juga bisa Anda jumpai di sekitar Pasar beringharjo yang juga merupakan jejak bangunan kuno yang sudah dimodernisasi di Yogyakarta.
=======================================================================
Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
Menambang Uang Melalui Facebook dan Blog
Tips Jitu Untuk Meningkatkan Traffic Situs atau Blog
Menambang Uang Melalui Facebook dan Blog
Tips Jitu Untuk Meningkatkan Traffic Situs atau Blog
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga
Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna
Sumur Gemuling Yang Keramat Di Makam Sunan Bejagung
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
================================================================
Penjual berragam kuliner khas Yogyakarta itu juga bisa Anda jumpai di sekitar Pasar beringharjo yang juga merupakan jejak bangunan kuno yang sudah dimodernisasi di Yogyakarta.
Namun perlu diingat, makanan ala Jogjakarta umumnya cenderung manis
karena warga setempat biasanya menambah bumbu masakannya dengan gula
merah ( Gula Kelapa ).
Diantara pedagang disana ada juga yang menyediakan jasa untuk membuat tato di tubuh dan melukis wajah baik secara langsung atau dengan bantuan media foto.
Diantara pedagang disana ada juga yang menyediakan jasa untuk membuat tato di tubuh dan melukis wajah baik secara langsung atau dengan bantuan media foto.
Seniman jalanan juga tampak menyajikan atraksinya menghibur warga yang
ada di Malioboro. Mereka beraksi secara berkelompok dengan lokasi yang
tetap. Aksi mereka yang berdiri rapi dan tertib di tepi jalan terasa
tidak mengganggu kenyamanan pengunjung Malioboro.
Permainan musik mereka seperti ber-genre Bob Marley, Rastafara, dan
Reggae. Cukup enak dan nyaman untuk didengar dan dinikmati.
Jalan Malioboro ini juga menjadi semacam galeri jalanan untuk memajang seni instalasi dari para seniman Yogyakarta.
Mereka memajang karyanya yang telah dikurasi oleh panitia pada lokasi-lokasi yang terbuka dan strategis sehingga bisa dinikmati oleh publik.
Sebagai ruas jalan utama di kota Yogyakarta yang dipenuhi dengan wisatawan, Malioboro juga menjadi salah satu rute jalan yang dilewati untuk kegiatan kesenian, budaya dan sebagainya yang diadalah oleh pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait.
Mereka memajang karyanya yang telah dikurasi oleh panitia pada lokasi-lokasi yang terbuka dan strategis sehingga bisa dinikmati oleh publik.
Sebagai ruas jalan utama di kota Yogyakarta yang dipenuhi dengan wisatawan, Malioboro juga menjadi salah satu rute jalan yang dilewati untuk kegiatan kesenian, budaya dan sebagainya yang diadalah oleh pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait.
welcome to JOGJA!! :)
Komentar