artikel geografi pembangunan berkelanjutan

        
JAKARTA, BL – Satgas REDD+ menggalang dukungan berbagai pihak termasuk industri untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan. Inisiatif dan praktik baik dari berbagai kalangan mulai didata dan didukung agar bisa menjadi lebih baik di masa depan. Semangat itulah yang terpancar dalam seminar “We Care, We Share. A Gallery of Good Practices in Land-based Industries: Palm Oil, Mining, and Forestry” yang diselenggarakan Satgas Persiapan Kelembagaan REDD+ di Jakarta hari ini.
Ketua Satgas REDD+, Kuntoro Mangkusubroto, menyatakan,  seminar ini hanya merupakan titik awal dari serangkaian dialog menuju penguatan komitmen dunia usaha Indonesia pada pembangunan berkelanjutan. Kuntoro mengungkap, dalam beberapa tahun belakangan ini, pihak industri telah mengambil sejumlah inisiatif berbasis lahan memadukan upaya pelestarian lingkungan, keterlibatan sosial yang baik ke dalam strategi dan aturan bisnis mereka. Di sektor kehutanan, misalnya, sejumlah pelaku bisnis kehutanan secara proaktif sudah menerapkan kaidah-kaidah sustainable forest management yang berdampak pada turunnya emisi karbon.  Sementara di sektor perkebunan, sejak beberapa tahun lalu timbul inisiatif Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), yang pada gilirannya juga berkontribusi pada penurunan emisi dari kebun-kebun kelapa sawit di Indonesia. Inisiatif serupa juga ada di sektor-sektor lain, termasuk di industri ekstraktif semacam pertambangan.

“Meski belum sempurna dan perlu diperbaiki, praktik-praktik ini patut dihargai,”ujarnya.
Seminar ini menghadirkan pembicara dari pelaku bisnis berbasis lahan, yaitu dari sektor pertambangan, perkebunan, dan pemanfaatan hutan. Paparan dari masing-masing pelaku bisnis ini kemudian dikritisi oleh sejumlah ahli sebelum diulas pula oleh para peserta lainnya. Beberapa poin menarik yang muncul diantaranya adalah adanya kerjasama dari pelaku bisnis perkebunan seperti Golden Agri Resources (GAR) melalui anak perusahaannya, PT SMART Tbk, dengan The Forest Trust yang menghasilkan temuan metode praktis untuk mengidentifikasi hutan yang memiliki stok karbon tinggi (STK).
“Metode hutan SKT lebih mendekatkan kami pada usaha memastikan kenihilan rekam jejak deforestasi pada kegiatan produksi minyak sawit. Kebijakan ini tak dapat kami lakukan sendiri, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bekerjasama menyukseskan upaya ini,” ungkap Daud Dharsono, Direktur Utama PT. SMART Tbk.
Komitmen GAR ini ditanggapi kritis oleh Senior Scientist di Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Murdiyarso, yang mengatakan,  perbaikan metode akan meningkatkan kredibilitas. Oleh karena itu, kebijakan sektor bisnis perlu mempertimbangkan metode yang kredibel dan transparan sehingga bisa diadopsi secara luas. Dari sektor pertambangan, Rock Funston, Project Director IndoMetCoal, BHP Billiton, menceritakan pengalaman mereka mereklamasi lahan pasca tambang di Petanggis dengan melibatkan komunitas lokal sejak awal.

“Sampai saat ini, masyarakat masih merasakan manfaatnya, termasuk untuk konservasi dan ekowisata. Prinsip pelibatan masyarakat ini, kami harapkan dapat direplikasi untuk industri berbasis lahan lainnya,” tandas Rock.
Pada bagian penutup seminar, Kuntoro menegaskan lagi peran yang bisa diambil berbagai pihak untuk menyukseskan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.  Setiap sektor memiliki kewajiban yang sama, yang disesuaikan dengan spesifikasi sektornya, untuk mengaplikasikan good practice, dan menjadikannya accepted practice.Pemerintah lanjut Kuntoro juga punya kewajiban untuk menciptakan enabling conditions. Peraturan mungkin perlu diganti. Insentif mungkin perlu ditambah. “Meski demikian, sektor swasta jangan menunggu pemerintah berubah. Saya juga tidak menunggu sektor swasta berubah. Kita harus bersama-sama saling mendorong untuk membuat critical mass.”tandasnya.
Selanjutnya Kuntoro berjanji akan mengundang semua pihak untuk berkumpul lagi dalam 3 bulan ke depan, supaya apa yang telah dibahas dalam tiap sektor dapat diangkat dan dipecahkan secara konkret. UKP4 dan Satgas REDD+ akan mengawal terus agar proses ini bisa berlangsung dengan baik.

Sumber: http://www.beritalingkungan.com/2012/06/saatnya-industri-dukung-pembangunan.html


Pendapat:
Berdasarkan artikel diatas, menurut pendapat saya, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan kesepakatan global yang dihasilkan pleh kesepakatan Konfrensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatansumberdaya alam secara bijaksana, effisien dan memperhatikan keberlanjutan pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini maupun generasi mendatang.
Pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar atau dimensi, yaitu dimensi
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Ketiga dimensi ini perlu diperhatikan
secara berimbang agar disatu sisi pembangunan dapat dinikmati semua orang, terutama
penduduk miskin dan pembangunan dapat terus menerus dilaksanankan dengan dukungan
ketersediaan sumberdaya alam.
Pembangunan berkelanjutan juga menekankan pentingnya penguatan peran berbagai
kelompok utama, antara lain komunitas ilmuan dan teknologi. Terutama peranan industri dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Permasalahan ini harus segera ditanggulangi agar pencemaran dan pengrusakan
lingkungan tidak terjadi. Peran pemerintah dalam menanggulangi permasalahan
teknologi lingkungan bagi IKM/UKM dengan menyediakan teknologi berwawasan lingkungan
yang harganya murah dan terjangkau merupakan tantangan yang harus segera menjadi
prioritas.,

Dalam artikel tersebut salah satu isu penting yang mendapatkan perhatian adalah tentang bentuk tanggungjawab social bagi pelaku industry atau sering dikenal program Corporate Social Responsibility (CSR) terutama bagi pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Selain itu CSR juga untuk menegaskan pentingnya keberlanjutan lingkungan untuk keberlanjutan perkembangan industri. Sebab, adanya industri sangat dipengaruhi lingkungan/alam. Sementara CSR juga berfungsi untuk peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan produk-produk hasil industry, yang pada akhirnya dapat memberikan keutungan bagi keduabelah pihak, baik masyarakat maupun indutri itu sendiri dan lingkungan sekitar.. Oleh karena itu peranan industri dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia merupakan salah satu pilar terpenting dalam pembangunan berkelanjutan.dimana industri harus memperhatikan prinsip efektifitas dan ekoefisiensi dengan lingkungan alam sekitarnya.Jadi,Industri juga merupakan tolak ukur dari pembangunan berkelanjutan yang ada di Indonesia.

Komentar

Postingan Populer