Feminis Kriminologi
Feminisme
dimulai sejak perempuan mulai secara sadar mengorganisasikan diri mereka dalam
skala yang cukup untuk memperbaiki kondisi ketertindasan mereka.Awal abad 17
istilah feminisme mulai digunakan, maknanya dipahamidalam konteks waktu itu,
berakar pada analisis politik tahun 1970-an. Dalam buku Encyclopedia of Feminism , yang ditulis Lisa Tutle, 1986, feminisme
atau bahasa Inggris : feminism, berasal dari bahasa latin yaitu femina : woman
dan secara harfiah artinya ‘having
qualities of femals’. Telah disepakati bahwa feminisme sebagai istilah
untuk pertama kali digunakan pada abad ke-17 di Inggris, menurut Kumari
Jayawardena (1986). Dalam buku ‘Feminism
and Nationalism in the Third World (1986)’ Kumari menguraikan
bahwa perbincangan mengenai hak perempuan dan pendidikan telah berlangsung
di Cina pada abad 18.
Kriminologi
feminis berpikir bahwa kejahatan harus dilihat dari semua perspektif untuk
memahami dan mendapatkan gambaran paling lengkap dari kejahatan. Feminis
melihat masyarakat sebagai didominasi laki-laki (patriarki). Feminis melihat
orang-orang mendapatkan manfaat terhadap perempuan. Kaum feminis juga
berpendapat bahwa institusi sosial yang berpengaruh termasuk negara dan
kebijakan, membantu mempertahankan bawahan posisi perempuan dan pembagian
gender yang tidak setara kerja dalam keluarga. Interpretasi teori feminis telah
menyebabkan para sarjana dan akademisi untuk membedah luasnya teori feminis menjadi
enam bentuk asal: liberal, Marxis tradisional, feminisme radikal, feminisme
sosialis, postmodern, dan feminisme ras kritis.
1. Feminism
Liberal (SOSIALISASI)
Feminism
liberal merupakan suatu pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki
kebebasan secara penuh dan individual. Teori feminis liberal berfokus pada peran
gender, pembagian patriarkal kerja dalam pekerjaan dan keluarga, dan dampak
dari peran gender pada sosial, hukum, politik, dan kesetaraan ekonomi. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan
kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan
publik. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga
harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Gerakan ini muncul pada awal
abad 18, lahirnya bersamaan dengan zaman pencerahan. Premis teori feminisme
liberal didasarkan pada teori kontrak sosial dari abad XVI dan XVII, yang
berarti bahwa hak perempuan harus dilindungi untuk menjaga masyarakat
terorganisir. Tuntutannya adalah kebebasan dan kesamaan terhadap akses
pendidikan, pembaharuan hukum yang bersifat diskriminatif. Kaum Feminis
Liberal menuntut kesempatan yang sama bagi setiap individu, termasuk perempuan.
Akibatnya banyak perempuan domestic yang melepaskan diri menuju public.
2. Feminisme
Marxis Tradisional
Teori
feminis Marxis tradisional menempatkan asal perempuan penindasan tidak di
kesempatan individu tetapi sebagai melekat dalam organisasi politik dan ekonomi
masyarakat dan struktur. Sudut pandang ini berpendapat bahwa posisi subordinat
perempuan dalam masyarakat berasal dengan perkembangan kepemilikan pribadi,
kapitalisme, dan hegemoni dari kelas penguasa. Feminis Marxis berpendapat bahwa
gender dan kelas ketidakadilan saling berkaitan (tetapi menempatkan penekanan
pada kelas) dan yangpengalaman perempuan dari penindasan harus dipahami sebagai
langsung hubungan kekuasaan antara wanita dan pria. Feminis Marxis percaya,
misalnya, bahwa seorang wanita yang bekerja di dalam rumah merupakan bentuk
perbudakan domestik, bahwa pekerjaan perempuan disediakan rendah kompensasi
sebagai alat kontrol dan penindasan, dan bahwa selama sebagai struktur
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip kapitalis, wanita akan tetap kelas
minoritas. Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik
kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi
kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan
aliran ini status perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaaan pribadi
(private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sendri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki
mengontrol produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka
mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari
property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan
terbentuknya kelas dalam masyarakat borjuis dan proletar. Jika kapitalisme
tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap
perempuan dihapus.
3. Feminisme
Radikal
Pada
sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi
sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan
kekerasan seksual dan industri pornografi. Aliran ini bertumpu pada pandangan
bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh
perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh
karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa
perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. Sudut pandang feminis
radikal mengidentifikasi dominasi laki-laki, atau patriarki, sebagai akar dari
ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan berfokus pada hubungan antara perempuan
dan jenis kelamin pria dalam analisis mereka (Bunch, 1987; Firestone, 1970;
Wittig, 1992). Feminis radikal fokus pada organisasi sosial, jenis kelamin dan
penindasan struktural, bentuk terbuka dan rahasia kekerasan terhadap perempuan,
komponen konsep sosialis dan psikoanalisis, dan dampak positif bahwa wanita
memiliki pada masyarakat.
Perbedaan
utama antara teori-teori feminis radikal dan bentuk-bentuk lain dari teori
feminis termasuk fokus pada bagian eksplisit untuk patriarki dan kekerasan
terhadap perempuan, perayaan perbedaan antara wanita dan pria (dibandingkan
dengan sudut pandang teoritis lain berfokus pada kesetaraan), dan menyarankan
solusi seperti penolakan individu dan sosial dari patriarki, penekanan pada
berdiri bersama sebagai perempuan, dan pentingnya perempuan belajar kekuatan
mereka, kemandirian, dan mengetahui nilai mereka. Gerakan yang berhubungan
dengan feminisme radikal termasuk Black is Beautiful, the Dove sisterhood
campaign, and Women Stand Together.
4. Feminisme
Sosialis
Sebuah
faham yang berpendapat “Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada
Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme”. Feminisme sosialis berjuang untuk
menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan
pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang
mendinginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender. Feminisme
sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini mengatakan
bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah
jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik
dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan
gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis
bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran
feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap
patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua
kekuatan yang saling mendukung
Analisi : feminisme sosialis ini merupakan suatu aliran yang muncul akibat rasa tidak puas terhadap aliran marxis ( kapitalisme ) dan juga menganggap bahwa sistem patriakal ( garis ayah ) merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap kaum perempuan dan juga dominasi pria atas wanita menurut teori ini harus di hapuskan Teori feminis sosialis memandang sifat manusia dan kesetaraan sosial sebagai berfluktuasi dengan kontrol modus produksi. Feminis sosialis berpendapat bahwa pemahaman yang mendalam dari Marxisme harus dirangkul, dan bahwa perpanjangan teori radikal dan Marxis perlu untuk lebih baik memahami persimpangan gender, kelas, dan integrasi antara keduanya. Berbasis sosialis teori feminis fokus pada gender dan kelas, tapi tidak seperti teori Marxis, yang menempati peringkat kelas sebagai yang paling penting variabel, feminis sosialis melihat gender dan kelas sama-sama penting. Kerangka ini memandang hubungan antara kelas dan gender sebagai timbal balik dan berbeda dari teori feminis Marxis dalam empat cara: itu meluas arti kondisi material untuk memasukkan lebih banyak dari cara produksi barang (seperti penggunaan manusia tubuh dan produksi pengetahuan), menekankan subjektivitas manusia, menganalisis variabel yang saling terkait (kelas, politik, ekonomi, dll), dan menyarankan solusi yang berbeda untuk perubahan (Marxisme menyerukan akhir kapitalisme dan feminis sosialis panggilan untuk mobilisasi sadar untuk memperbaiki kondisi baik makro dan mikro-tingkat).
Analisi : feminisme sosialis ini merupakan suatu aliran yang muncul akibat rasa tidak puas terhadap aliran marxis ( kapitalisme ) dan juga menganggap bahwa sistem patriakal ( garis ayah ) merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap kaum perempuan dan juga dominasi pria atas wanita menurut teori ini harus di hapuskan Teori feminis sosialis memandang sifat manusia dan kesetaraan sosial sebagai berfluktuasi dengan kontrol modus produksi. Feminis sosialis berpendapat bahwa pemahaman yang mendalam dari Marxisme harus dirangkul, dan bahwa perpanjangan teori radikal dan Marxis perlu untuk lebih baik memahami persimpangan gender, kelas, dan integrasi antara keduanya. Berbasis sosialis teori feminis fokus pada gender dan kelas, tapi tidak seperti teori Marxis, yang menempati peringkat kelas sebagai yang paling penting variabel, feminis sosialis melihat gender dan kelas sama-sama penting. Kerangka ini memandang hubungan antara kelas dan gender sebagai timbal balik dan berbeda dari teori feminis Marxis dalam empat cara: itu meluas arti kondisi material untuk memasukkan lebih banyak dari cara produksi barang (seperti penggunaan manusia tubuh dan produksi pengetahuan), menekankan subjektivitas manusia, menganalisis variabel yang saling terkait (kelas, politik, ekonomi, dll), dan menyarankan solusi yang berbeda untuk perubahan (Marxisme menyerukan akhir kapitalisme dan feminis sosialis panggilan untuk mobilisasi sadar untuk memperbaiki kondisi baik makro dan mikro-tingkat).
5. Feminime
Postmodern
Feminis
postmodern berpendapat bahwa seks dan gender dikonstruksikan secara sosial sebagai
turunan dari bahasa. Menurut sudut pandang teoritis ini, cita-cita jenis kelamin,
norma, dan kategorisasi secara sosial dibangun dan diberi label oleh
masyarakat. Menarik khusus untuk postmodernis feminis adalah yang menciptakan,
mendefinisikan, dan menafsirkan ini label dan kategori perbedaan. Postmodernis
menolak kategorisasi, hitam dan putih "kebenaran," dan istilah atau
konsep seperti kejahatan, penyimpangan, kontrol sosial, dan keadilan sebagai
yang diciptakan secara sosial dan tidak universal "Kebenaran." Mereka
mendukung bergerak pemahaman gender ke pusat fokus, mendekonstruksi penelitian
dan pengetahuan difokuskan pada perempuan, dan kategori mengingat meremehkan
atau meminggirkan satu gender dalam kaitannya dengan yang lain.
Tokoh
dalam feminisme posmodern diantaranya:
HELENE
CIXOUS: Helena Cixious pada awalnya adalah seorang penulis yang bereksperimen
dengan gaya sastra. Ia mengkontraskan tulisan feminism dengan tulisan maskulin.
Secara psikonoalisis, tulisan maskulin berakar dari organ genital dan ekonomi
libinal laki-laki, yang diberi emblem sebagai falus. Menurut Cixous, setiap
dikotomi terinspirasi dari oposisi laki-laki dan perempuan yang
mengasosiasikan dengan segala sesuatu yang pasif, alami gelap,rendah atau
secara umum negative. Istilah kedua menyimpang dari istilah yang pertama.
Laki-laki adalah diri, perempuan ada dalam dunia laki-laki dengan istilah laki-laki.
Perempuan adalah Liyan bagi laki-laki atau ia tidak terpikirkan. Dalam proses
membedakan tulisan perempuan dengan laki-laki, Cixious menarik banyak hubungan
antara seksualitas laki-laki dan maskulin, serta seksualitas perempuan dan
tulisan feminim. Seperti seksualitas laki-laki, tulisan maskulin yang biasanya
disebut falogosentris oleh Cixious sama-sama membosankan. Sebaliknya
seksualitas perempuan jauh membosankan sama dengan tulisan feminism yang lebih
terbuka dan lebih beragam juga penuh ritmik dan kenikmatan yang lebih penuh
dengan kemungkinan. Bagi Cixious, hasrat, dan bukan nalar, adalah alat
untuk membebaskan diri dari konsep pemikiran tradisionalBarat yang bersifat
membatasi.
LUCE
IRIGARAY: Luce Irigaray menyetujui Cixious bahwa seksualitas feminim dan tubuh
perempuan adalah sumber dari tulisan perempuan, ada perbedaan substansial
diantara keduanya. Irigaray sejak awal dan berprofesi sebagai seorang
psikoanalis. Tujuan utamanya adalah membebaskan yang feminism dari pemikiran
filsafat maskulin, termasuk pemikiran Freud dan lacan. Lacan dan Irigaray
menyatakan bahwa di dalam ranah imajiner terdapat imajiner laki-laki dan
imajiner perempuan. Namun berlawanan dengan Lacan, Irigaray menolak memandang
hidup perempuan dalam ranah imajiner sebagai keadaan untuk ditangisi.
Melainkan, ia memandang hidup perempuan dalam ranah imajiner sebagai penuh
dengan kemungkinan yang sama sekali belum tersentuh bagi perempuan. Irigaray
mencatat bahwa, pada saat ini, segala sesuatu yang kita ketahui tentang yang
imajiner dan perempuan, termasuk hasrat seksualnya, didapat dari sudut pandang
laki-laki. Menurut Irigaray satu-satunya jenis perempuan yang kita kenal adalah
perempuan yang maskulin, feminimfalik, perempuan sebagaimana dilihat oleh
laki-laki. Dan menurut Irigaray ada jenis perempuan lain yang juga harus
dikenali yaitu perempuan feminim sebagaimana dilihat perempuan. Tindakan yang
dapat dilakukan perempuan agar tidak menjadi sekedar sampah
yaitu perempuan dapat mnciptakan bahasa perempuan dengan menghindari
bahasa gender sekuat perempuan menghindari laki-laki yang dimana Irigaray
mendorong perempuan untuk menemukan keberanian berbicara dengan
menggunakan kalimat aktif dan menghindari dengan cara apapun keamanan yang
semu, perempuan dapat menciptakan bahasa perempuan, perempuan dalam usaha untuk
menjadi dirinya sendiri dapat meniru tiruan yang dibebankan laki-laki kepada
perempuan.
JULIA
KRISTEVA: Dari semua feminis posmodern, Julia Kristeva adalah yang paling
kontroversional. Ia secara ekplisit menolak feminisme meskipun menolak
feminisme sebagaimana dipahami di Prancis, tidak berarti ia menolak tujuandan
strategi feminisme sebagaimana feminisme dipahami di Amerika Serikat. Dengan
kerangka kerja psikoanalisis Lacan, Kristeva mengkontraskan tahap semiotik atau
praOedipal dan tahap simbolik atau posOedipal. Tatanan semiotik ada di
dalam dan sekaligus di luar tatanan simbolik. Menurut Kristeva tatanan simbolik,
yang merupakan tatanan penandaan, atau ranah sosial, adalah terdiri dari dua
elemen : elemen semiotik yang merembes melalui daerah kekuasaan praOedipal
dan elemen simbolik yang hanya ada di dalam tatanan sibolik. Elemen simbolik
adalah aspek penciptaan makna yang memungkinkan kita untuk mampu membuat
argument rasional, elemen ini menghasilkan tulisan yang
linear,rasional,objektif, dan sangat tunduk pada tata bahasa. Yang simbolik
adalah elemen statis dalam tatanan simbolik. Sedangkan elemen semiotic adalah
aspek penciptaan makna yang memungkinkan kita untuk mengeksprsikan perasaan,
elemen inilahyang yang merupakan pendorong ketika elemen semiotik ini
melangsungkan proses penandaan, elemen semiotic menghasilkan penulisan
yang melanggar aturan baik dalam sintaks maupun tata bahsanya.
Kristeva
menentang identifikasi feminim dengan perempuan biologis dan maskulin dengan
laki-laki biologis. Penekanan Kristeva adalah pada perbedaan secara umum, dan
bukan perbedaan seksual secara khusus. Meskipun menolak gambaran
tradisional atas dua jenis kelamin biner dan atas dua identitas gender yang
berlawanan, Kristeva mengakui kebenaran bahwa pada dasarnya ada perbedaan
seksual antara laki-laki dan perempuan. Kristeva mengakui bahwa laki-laki dan
perempuan mempunyai identitas seksual yang berbeda, tidak berarti
ia berpendapat bahwa identitas ini dimanifestasikan dengan cara yang sama
oleh setiap perempuan dan laki-laki. Walaupun mengakui bahwa feminis sebelumnya
telah berhasil mencanangkan istilah perempuan untuk meningkatkan
keadaankebanyakan perempuan, Kristeva menegaskan bahwa feminis masa kini harus memanfaatkan
istilah itu dengan lebih bijaksana karena jika tidak
politik pembebasan akan dapat berubah menjadi politik peminggiran
dan perlawanan balik kekuatan. Karena itu, Kristeva hanya mendukung
beberapa aspek dari gerakanfeminis yang menghancurkan atau tunduk pada
identitas yang ambigu, terutama identitas seksual.
Daftar
Pustaka:
Bruce
A Arrigo,Dragan Milovanovic,dan Robert C Schehr.2005.The French Connection In Crminology: rediscovering crime,law and social
change.New york:State University of New York press
Feminis
Model of Female Deliquency. Sage
Publications.
Gundy,
Alana Van. 2014. Feminist Theory, Crime
and Social Justice. Amsterdam : Anderson Publishing.
Margaret L. Arnot and Cornelie Usborne.1999. Gender and Crime and Modern Europe.
Roehampton Institute London
Komentar