Strategi Pencegahan Kejahatan

Strategi Pencegahan Kejahatan


Didalam buku Situasional Crime Prevention menurut Ronald V. Clarke terbitan Harrow and Heston, Guilderland, New York. Sebelum mendeskripsikan 16 teknik, dan mempresentasikan contohnya, harus diperhatikan bahwa ada hal yang saling melengkapi diantara kategori berikut. Yang berarti adanya kesulitan untuk menentukan dimanakah ukuran yang paling cocok dalam tabel klasifikasi.
1. Target Hardening
Seperti yang diketahui, ini adalah cara paling efektif dalam mengurangi kesempatan kriminal untuk menghambat perusak dan pencopet melalui hambatan fisik seperti kunci, lemari besi, layar, dan dikuatkan dengan aspek dari material. Untuk perubahan didalam design, termasuk menggunakan slug rejector untuk para pencuri mobil, lalu ada mesin tiket di london underground, anti bandit screen di kantor pos london yang mengurangi pencurian sekitar 40 %.
2. Access Control
Access Control mengaju pada pengukuran yang dapat diperhitungkan pada daerah yang berpotensi adanya kejahatan seperti kantor, apartemen, pabrik, pintu besi istana jaman dahulu, parit dan jembatan angkat untuk melalui istana juga dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk melakukan access control yaitu menggunakan access yang ada dalam hal preventif pengendalian kejahatan.
Tabel 1.
                        SIXTEEN OPPORTUNITY – REDUCING TECHNIQUES








           
    Sumber : Diadaptasi oleh Clarke dan Homel (1997)



3. Deflecting Offender
Mengalokasikan pelaku dalam tindak pencegahan. Contohnya adalah memisahkan pendukung tim sepakbola antar lawan sebelum keluar dari arena pertandingan, menjadwalkan bus untuk berangkat lebih cepat setelah pertandingan agar tidak adanya konflik yang terjadi setelah  pertandingan.
4. Controlling facilitators.
            Sebagai contoh, sebuah tempat yang menyediakan minuman beralkohol atau yang dikenal dengan istilah saloon khususnya di wilayah Wild West secara rutin mewajibkan para pengunjung untuk menyerahkan senjata sebelum masuk ke saloon dengan tujuan untuk menghindari risiko perkelahian antar pengunjung yang mabuk. Penggunaan senjata dalam waktu belakangan ini diadvokasi mengenai risikonya yang dapat menyebabkan kematian karena melihat intensitas penyebaran efek, atau penggunaan secara sembarang. Menanggapi hal tersebut the Council on Crime menyarankan bahwa tempat-tempat tersebut harus menyediakan tempat minum plastik untuk mencegah penggunaan alat-alat sekitar sebagai senjata.
Selain itu untuk mencegah dan mempersulit transaksi narkoba di pubs maka penggunaan telepon umum ditiadakan kemudian digantikan dengan sebuah sistem telepon yang terkomputerisasi seperti yang diterapkan di Rikers Island Jails secara signifikan menunjukkan pengurangan perkelahian memperebutkan akses telepon. Selain itu, sistem telepon yang menyertakan identitas si penelpon dapat mengurangi sekitar 25% penggunaan telepon secara sembarang dan juga mengurangi secara signifikan untuk kasus-kasus penipuan melalui telepon.
5. Entry/exit screening
 Salah satu bentuk entry screening ini adalah bentuk pengambilan kontrol melalui penerbitan tiket atau dokumen yang dapat mendeteksi barang atau peralatan yang dibawa masuk pada suatu wilayah. Keberlanjutannya, exit screening dilakukan dengan mendeteksi peralatan yang tidak boleh berpindah atau dibawa secara ilegal dari tempatnya. Dengan perkembangan elektronik pada produsen barang retail dapat menandai barangnya dengan kode (barcode), menyebarkan produk disertai dengan kehadiran seseorang yang menawarkan produk di tempat, atau sistem electronic point of sales. Hasil studi kasus, DiLonardo (1996) menunjukkan pengurangan kasus shoplifting sekitar 35-75% di pertokoan Amerika. Kemudian instalasi (mesin pendeteksi) yang digunakan di perpustakaan dan gerbang penjualan tiket, mengurangi tingkat pencurian atau penghindaran pembayaran. Sebagai contohnya yang paling umum digunakan dari teknik ini adalah penerapan metode screening pada bagasi atau barang bawaan pribadi penumpang pesawat terbang di bandara sejak awal tahun1970an yang berkontribusi mengurangi secara signifikan dalam kasus-kasus pembajakan pesawat terbang dari sekitar 70 kasus per tahun menjadi 15 kasus.
6. Formal Surveillance
            Pengawasan secara formal dilakukan oleh polisi, penjaga keamanan dan detektif, yang berfungsi untuk memberikan efek jera atau ancaman pada pelaku potensial. Salah satu contoh keberhasilan dari penggunaan petugas keamanan adalah patroli sepeda yang dilakukan untuk mengendalikan pencurian mobil di tempat parkir di Vancouver. Pengawasan yang dilakukan oleh petugas keamanan dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat elektronik, misalnya alarm anti pencurian dan closed circuit television (CCTV). Dalam sebuah penelitian tentang masyarakat di pinggiran kota Philadelphia, Hakim (1995) mengatakan bahwa kepemilikan alarm anti pencurian mengurangi pekerjaan polisi dengan mengurangi tingkat pencurian didalam masyarakat tersebut. Salah satu program pencegahan “Biting Back” berfokus untuk mencegah terjadinya korban secara berulang di Inggris, program ini mencakup pemasangan alarm di rumah korban (Case Study #15).
            Di Australia, Homel menyatakan bahwa mulai diberlakukannya random breath testing (RBT) pada tahun 1982 di New South Wales mengurangi kecelakaan fatal yang diakibatkan oleh alkohol hingga sepertiga dari tiga tahun sebelumnya, penurunan ini berlangsung saat RBT dilakukan. Bourne dan Cooke menunjukkan bahwa penerapan foto radar di negara bagian Victoria, Australia menjadi faktor utama dari penurunan tingkat mengebut pada tahun 1991 hingga 1992, penerapan foto radar mengurangi sekitar 45% kecelakaan lalu lintas. Sebuah percobaan dengan kamera lampu merah di Skotlandia juga sukses dalam mencegah pengendara menerobos lampu merah (Scottish Office Central Research Unit, 1995).
             Dua penelitian di Inggris menemukan bahwa penggunaan kamera CCTV efektif dalam mengurangi tingkat kejahatan. Poyner mengatakan bahwa penggunaan kamera CCTV di tempat parkir sebuah universitas mengurangi tingkat pencurian kendaraan. Brown mengatakan bahwa terjadi pengurangan dalam berbagai tindak kejahatan di tiga kota di Inggris karena pemasangan CCTV oleh pihak kepolisian. Tidak semua keberhasilan dari pengawasan formal terjadi dengan bantuan teknologi. Sebagai contoh, tingkat vandalisme, penyerangan dan fare dodging di kereta bawah tanah dan trem di tiga kota di Belanda berkurang saat sebanyak 1200 korban dipekerjakan sebagai petugas keamanan, informasi, inspektur pengawasan. Masuda (1992) menunjukkan bahwa penghitungan yang dilakukan setiap hari dan secara sistematis oleh petugas keamanan pada barang dagangan yang berisiko tinggi seperti VCRs dan camcorder, mengakibatkan penurunan sebanyak 80-100% dalam pencurian yang dilakukan oleh karyawan toko elektronik di New Jersey. Cara untuk meningkatkan pengawasan poisi dengan melibatkan bantuan masyarakat terus dikembangkan, misalnya pusat pengaduan untuk informan, program “crime stopper” dan “curfew decals” untuk mobil, program ini bertujuan untuk menunjukkan kepada polisi bahwa kendaraan biasanya tidak digunakan di tengah malam.
7. Surveillance by Employees
            Selain menjalankan tugas utamanya, karyawan juga memiliki peran untuk melakukan pengawasan berdasarkan posisi mereka, misalnya penjaga toko, penjaga hotel, penjaga dan petugas parkir serta kondektur kereta. Semua karyawan ini memiliki tanggung jawab untuk memantau keadaan di tempat kerja mereka. Peneliti Kanada menunjukkan bahwa blok apartemen yang memiliki penjaga pintu memiliki resiko perampokan yang lebih kecil (Waller dan Okihiro, 1979). Di Inggris, lebih sedikit tindak vandalisme di bis jika bisnya memiliki kondektur (Mayhew et al, 1977). Telepon umum yang mendapat pengawasan oleh karyawan, seperti di pub atau di stasiun kereta kereta menerima lebih sedikit serangan (Markus, 1984).     Penurunan penyerangan di tempat parkir sebanyak dua pertiga diakibatkan oleh pengawasan yang dilakukan oleh petugas parkir untuk mengurangi resiko penyerangan (Laycock dan Austin, 1992). Kasir bermanfaat untuk mendeteksi kartu kredit yang palsu atau yang dicuri, hal tersebut mengurangi kerugian tahunan dari penipuan kartu kredit sebanyak 1 juta dolar di toko elektronik di New Jersey (Masuda, 1993). Pengawasan dengan CCTV efektif untuk dilakukan oleh karyawan, misalnya pennggunaan CCTV oleh karyawan stasiun membantu untuk menurunkan  tingkat pencurian dan perampokan di empat stasiun London Underground (Mayhew et al., 1979).
             Vandalisme yang dilakukan pada kursi di 80 armada bus tingkat di Inggris berkurang dengan penggunaan CCTV untuk pengemudi bus tersebut, meskipun hanya beberapa bus yang dilengkapi dengan kamera (Poyner, 1988). Hunter dan Jeffrey (1992) mengatakan bahwa sekitar 10 dari 14 penelitian menunjukkan bahwa memiliki dua pegawai yang bertugas pada malam hari merupakan tindak pencegahan perampokan yang efektif.


8. Natural Surveillance
Meningkatkan pengawasan alamiah adalah tujuan utama dari perbaikan penerangan jalan, defensible space, dan dari "neighborhood watch". Meskipun hasilnya belum semuanya positif, beberapa keberhasilan dalam penggunaan ketiga langkah telah dilaporkan. Program "Apartement Watch" sudah mengurangi 82% pada pencurian yang dilaporkan dalam empat blok apartemen di Ottawa. Cocoon neighborhood watch, dimana langsung disiagakan dan berkeliling di sekitar perumahan setelah perampokan, adalah sebuah elemen dari keberhasilan skema "Biting Back" untuk mengurangi pencurian berulang dijelaskan yang dalam Studi Kasus #15. Oscar Newman (1996) melaporkan beberapa keberhasilan dalam mengurangi kejahatan di pembangunan perumahan publik di Amerika Serikat melalui penerapan prinsip-prinsip defensible space.
Salah satu komponen dari sebuah program yang secara signifikan mengurangi pencurian di strip komersial di Portland, Oregon, adalah peningkatan pencahayaan dari luar toko. Peningkatan pencahayaan di perumahan publik di Dudley, Inggris, menghasilkan pengurangan kejahatan (Studi Kasus #16). Dalam satu contoh, komponen pencegahan yang berhasil terhadap perampokan di toko-toko di Florida meliputi pandangan yang tidak terhalang interior toko dari luar dan lokasi toko yang dekat dengan kegiatan komersial malam hari. Dan ada media untuk memudahkan pengawasan para pengemudi dijalan dengan misalnya memberikan tempelan bertuliskan “How’s my driving?” beserta nomor telepon pada bagian belakang truk, dan ID sopir taksi ditampilkan untuk media pengawasan oleh penumpang.
9. Target Removal
            Sebuah gereja di utara Spanyol baru-baru ini telah memasang mesin di pintu masuk yang memungkinkan orang untuk menggunakan bank atau kartu kredit mereka untuk membuat sumbangan. Orang yang menyumbang memiliki tanda terima dan gereja bisa menerima sumbangan yang lebih besar. Karena uang tidak sedang di depositkan, gereja tersebut juga telah mengurangi resiko pencurian melalui “Target Removal” atau penghapusan sasaran. Sebelumnya teknik ini sudah pernah digunakan pada zaman California Gold Rush. Untuk menghindari dari perampokan, salah satu tambang mulai memasukan silver hasil tambangannya ke dalam sebuah kubus seberat 400-pound yang sisinya setinggi 1 kaki. Dengan seperti itu para perampok tidak akan kuat membawa silver pada kubus tersebut di atas kuda mereka. Contoh lain adalah upaya untuk menghadapi serangan telepon umum di Inggris dan Australia. Karena kiosk-nya itu sendiri (khususnya yang berbahan kaca) lebih sering dirusak dari pada teleponnya. Kiosk di beberapa lokasi yang rawan vandalism telah diganti dengan sebuah booth. Selain itu panel kaca pada beberapa kiosk juga diganti dengan desain yang baru. Dengan diperkenalkannya phonecard atau kartu telepon dengan menggunakan pulsa juga telah menghapus sasaran pada pencurian.       
Berbagai langkah-langkah pengurangan penggunakan uang cash, termasuk penggunaan brankas dengan kunci waktu, secara substansial mengurangi perampokan took taruhan di Australia. Pease (1991) menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan untuk mencegah viktimisasi berulang pada rumah-rumah di perumahan publik di Inggris, termasuk penghapusan gas dan electric coin meters yang sering menjadi sasaran pencurian, telah berhasil mengurangi pencurian di perkebunan dari 526 di tahun sebelum intervensi menjadi 132, tiga tahun kemudian. Studi Kasus #14, menunjukkan bahwa pengurangan penggunaan uang cash secara konsisten telah mengurangi risiko perampokan pada toko. Dan pengenalan exact fare systems dan berangkas pada bus-bus telah mengurangi perampokan bus di New York dan di 18 kota lain di akhir 1960-an.
10. Identifying property
Mengidentifikasi properti dilakukan dengan penandaan atas setiap properti yang dimiliki, seperti menuliskan nama atau melisensi kendaraan. Contoh sederhananya adalah menulis nama seseorang pada sebuah buku. Contoh lainnya adalah di Amerika Serikat, setiap kendaraan diharuskan untuk registrasi dan kemudian semua kendaraan yang terjual diberikan Nomor Identifikasi Kendaraan (Vehicle Identification Number/VIN). Selain itu, penandaan dengan VIN juga pada setiap bagian utama kendaraan yang berisiko tinggi.
11. Reducing temptation
Mengurangi "godaan" merupakan bentuk pencegahan. Pada beberapa jalanan kota tertentu, memarkirkan dan meninggalkan kendaraan bermotor merupakan hal yang tidak dianjurkan karena dapat menarik joyriders. Contoh lainnya adalah perilaku vandalisme muncul ketika sebuah dinding sudah memiliki karakteristik yang mengundang pembuatan coret-coretan. Selain itu, melakukan "rapid repair", karena meninggalkan barang-barang yang rusak dan tidak diperbaiki dapat menyebabkan serangan lebih lanjut. Samdahl dan Christensen (1985) mendukung kebijakan ini dengan mendemonstrasikan bahwa meja piknik yang telah tergores, dua kali lebih berbahaya dari meja-meja yang lain. Zimbardo (1973) menunjukkan bahwa mobil yang ditinggalkan memarkir dalam kondisi yang buruk di pedalaman kota akan diserang dengan cepat. Smith (1996) menemukan bahwa di Inggris, anak laki-laki yang mengaku melakukan vandalisme mengatakan bahwa mereka akan mencoret pagar-pagar jika mereka sudah melihat tanda-tanda graffiti dan vandalisme.
12. Denying benefits
            Mengurangi keuntungan yang diperoleh pelaku dari melakukan kejahatan berhubungan dengan reducing temptation, tetapi berbeda secara konsep. Contoh yang berkaitan dengan konsep ini adalah perkembangan radio mobil dengan kode keamanan, di mana pencuri harus mengetahui pin radio sebelum dapat menggunakan kendaraan tersebut. Di Australia, Jerman, dan Amerika Serikat, mobil yang dilengkapi dengan radio ini memiliki tingkat pencurian yang lebih rendah. Contoh selanjutnya adalah "ink tags", yang didesain agar pencuri di toko-toko tidak mendapat keuntungan dari perbuatannya. Jika dirusak, label akan mengeluarkan tinta dan noda pakaian yang tidak terhapuskan pada tempat di mana label tersebut menempel. Label ini dapat menjadi lebih efektif daripada label barang elektronik pada umumnya.
13. Rule Setting
Semua organisasi perlu untuk memiliki aturan tentang perilaku di dalam bidang pemerintahan. Misalnya, sebagian besar bisnis mengatur penggunaan telepon bagi karyawan dan semua perusahaan juga membutuhkan para karyawan untuk mengikuti penanganan dan prosedur kontrol yang ketat. Organisasi seperti rumah sakit, sekolah, taman, sistem transportasi, dan lainnya harus melayani dan mengatur perilaku para pengguna itu sendiri. Tidak semua aturan membutuhkan dukungan dari hukum. Dalam upaya untuk membuat manajemen kerumunan berdasarkan konsensus di Australia Motorcycle Grand Prixin 1991, pembalap diizinkan untuk beroperasi di lokasi perkemahan untuk sesama pengendara sepeda motor serta terdorong untuk mengembangkan aturan dan prosedur untuk penggunaan fasilitas. Ini membantu untuk menghilangkan perkelahian antara polisi dan pengendara sepeda motor yang telah dirusak diacara tersebut di tahun-tahun sebelumnya (Veno dan Veno, 1993).
14. Stimulating Conscience
            Cara situasional ini dapat dibedakan dari masyarakat yang lebih umum di dalam kontrol sosial secara formal dengan fokus pada bentuk-bentuk khusus dari kejahatan yang terjadi di dalam diskrit, pengaturan yang sangat terbatas (Clarke Dan Homel, 1997).  Misalnya, tanda-tanda pada pintu masuk di sebuah toko mengumumkan bahwa "mengutil di toko adalah mencuri" dan dalam Terminal Bus Otoritas Pelabuhan dalam Manhattan menyatakan bahwa "Merokok di sini adalah ilegal, mementingkan diri sendiri dan kasar." memantau kecepatan sisi Ponsel jalan telah digunakan untuk memberikan umpan langsung (tanpa mengeluarkan denda) untuk mobil individu bepergian di atas batas kecepatan (Casey Dan Lund, 1993).
15. Controlling disinhibitors (Mengontrol tindakan impulsif)
 Kejahatan tidak hanya dapat dilakukan dengan benda seperti senjata, melainkan juga karena inhibitor psikologis seperti alkohol dan narkoba. Efeknya yakni melemahkan persespsi dan kognisi sehingga pelanggar menjadi tidak sadar ketika melanggar hukum. Propaganda dapat menyebabkan efek yang sama karena didalamnya mengandung nilai moral tertentu dan justifikasi bahwa seseorang harus melakukan kekejaman dan melakukan perang. Saluran televisi yang mengandung kekerasan dapat menjadi seperti propaganda, yakni dengan mengurangi tingkat inhibitor yang telah ditanamkan oleh orang tua ataupun agen sosial, terutama pada anak laki laki. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan “V-Chip”, alat ini digunakan orang tua untuk memblok acara televisi yang mengandung unsur kekerasan. Contoh control inhibitors lainnya adalah dengan ditanamkannya breathalyzers pada starter kendaraan, alat ini bertujuan untuk menghalangi pengendara yang mabuk untuk menyetir. Kebijakan juga dapat dibuat untuk mengurangi perilaku impulsif akibat alkohol.
16. Facilitating compliance
 (memfasilitasi aturan yang ada) merupakan solusi yang baik untuk mengurangi pelanggar. Contoh konkritnya adalah penyediaan taksi bagi mereka yang telah selesai minum alkohol untuk diantarkan ke rumahnya, lalu penyediaan tempat sampahh, dan papan grafiti yang kemudian difungsikan juga untuk menaruh informasi publik, dan meningkatkan sistem checkout pada perpustakaan agar peminjam dapat menaati peraturan.




Effectiveness of Situational Prevention

    Meskipun pengurangan kejahatan mungkin cukup (seringkali lebih dari 50 persen),
Tindakan situasional biasanya membuat  lebih baik,  tetapi hal tersebut tetap tidak menghilangkan masalah. Selain itu, langkah-langkah situasional tidak selalu bekerja sebagaimana dimaksud untuk berbagai alasan, termasuk yang berikut:Langkah-langkah tersebut terkadang gagal karena masalah teknis dan tindakan keliru administratif,seperti misalnya ketika sebuah skema untuk mengatasi vandalisme dengan mengganti jendela rusak dengan kaca yang lebih keras terbukti terlalu rumit untuk pemeliharaan sekolah baik itu staf sekolah hingga pihak administrasi.Disamping itu beberapa langkah pencegahan juga dapat dengan mudah dibobol oleh pelaku.
Terlalu banyak penjagaan terkadang diasumsikan merupkan bagian dari pihak penjaga kemanan atau warga biasa,tetapi terkadang penjaga keamanan jarang memantau sistem CCTV,lebih lanjut lagi  orang-orang sangat sedikit sekali dalam memperhatikan jalan diluar rumah mereka dab terkadang diasumsikan dengan skema siskamling dan  defensible space designs. Beberapa langkah bahkan telah memfasilitasi daripada mencegah kejahatan,dalam kasus lain beberapa langkah telah dikalahkan oleh kecerobohan dan kemalasan dari korban potensial,misalnya Nilai preventif dari radio keamanan kode awal berkurang karena pemilik mobil gagal memasukkan kode pribadi mereka, sehingga memungkinkan radio untuk kembali ke kode standar yang memungkinkan diketahui oleh pencuri. Nilai preventif dari radio ini semakin berkurang karena pencuri tidak selalu mengetahui kode keamanan dan terus melakukan pencurian terhadap orang yang tidak bisa menggunakkannya.
Beberapa bentuk pengukuran telah diperkenalkan oleh karena tidak ada bentuk analisis yang cukup untuk menghadapi masalah yang hadir. Sebagai contoh, Harris & Clarke (1991) memprediksikan bahwa Motor Vehicle Theft Law Enforcement Act (1984) akan gagal oleh karena bagian yang menjelaskan beberapa model ‘high risk’  seperti joyride tidak memenuhi standar dari bagian peraturan yang telah dibentuk. Bentuk pengukuran lain telah membuktikan bahwa terdapat berbagai bukti yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, inovasi untuk masyarakat lansia yang sesungguhnya terperangkap di dalam rumah singgah dengan berbagai teknologi canggih membuat mereka susah untuk memahami dan mengoperasikannya, padahal masyarakat yang memiliki pengetahuan cukup tidak memperdulikan atau melihat hal tersebut.

Terakhir, berbagai pengukuran memiliki efek penentu terhadap lingkugan. Weidner (1996) menjelaskan bahwa bar besi setinggi langit-langit yang terdapat dalam berbagai stasiun subway di New York City membantu mengurangi berbagai kejadian yang tidak diinginkan. Namun, berbagai masyarakat mengaku bahwa hal tersebut terasa seperti sebuah penjara yang seharusnya dapat diganti oleh model lainnya.

Berbagai contoh tersebut memperjelas bahwa pengukuran situasional tidak akan selalu bekerja dengan cara yang diinginkan. Pengukuran pun mungkin akan dapat bekerja disebuah setting, namun tidak di setting lainnya. Sebagai contoh, hukum untuk mengenakan helm memiliki dampak yang besar terhadap pencurian bermotor di Jerman, namun memiliki dampak yang kecil di AS.
            Kegagalan-kegagalan tersebut dari situational prevention memunculkan sebuah pertanyaan terhadap konsep validitas. Pengukuran harus dibuat secara hati-hati dan di tempat yang sesuai, dengan berbagai metode dan motif yang mungkin dapat mengurangi dampak kejahatan dari para pelaku. Proses ini dapat dimulai dengan cara turun lapangan dengan pengetahuan terdahulu mengenai kasus dan pelaku.
            Indikator preventif mungkin memiliki jangka hidup yang pendek jika diimplementasikan dengan kemudahan dan rendahnya harga yang membuat sebuah komponen tersebut. Melakukan penelitian dapat membantu para peneliti untuk menghindari berbagai kegagalan dan untuk memberitahu apa yang harus dilakukan. Mereka akan mendapatkan informasi dimana indikator yang paling benar untuk digunakan dan yang mana yang tidak.

Displacement Crime
Berdasarkan teori kriminologi tradisional, keadaan situasi hanyalah sekedar menentukan waktu, tempat suatu kejadian. Memanipulasi situasi menjadi sebab pelaku mengganti perhatian mereka terhadap target, tempat atau waktu, dan mengubah taktik mereka menjadi bentuk kejahatan lain. Displacement yang dimaksud tersebut oleh karena itu menimbulkan kelemahan terhadap pencegahan situasional, tetapi hal ini akan berubah dengan teori pengembangan teori kedepannya. berdasarkan asumsi asumsi pemikiran rasional yang saat ini berfikir tentang pencegahan situasional. Displacement tidak mungkin dielakkan, tetapi hal ini juga bergantung pada pendapat pelaku mengenai alternatif kriminal apa yang akan dipakai. Apabila alternatif ini tidak dapat dielakkan maka pelaku akan menyudahkan dengan mengurangi tingkat keseriusan kejahatan yang lebih rendah. Beberapa pelaku bahkan memiliki keinginan utama yang ingin dicapai berapapun biaya hasilnya. Disisi lain, sejak kejahatan diproduksi menjadi suatu tujuan dan menjadi suatu pikiran yang berdaya cipta, displacement menjadi kategori lain kejadian yang tidak dapat diduga, sejauh munculnya kejahatan baru yang menyajikan tujuan yang sama.
Banyak contoh kecil dari displacement  yang dilaporkan, contohnya di kota New York, Kejahatan jalanan yang meningkat di sekitar lingkungan yang kemudian diikuti dengan mulainya polisi untuk mengambil tindakan keras terhadap hal ini (Press, 1971). Penurunan perampokan diikuti dengan pengenalan sistem pembayaran yang tepat pada kota New York dan mengurangi tingkat perampokan di kereta api bawah tanah. Bagian dari displacement ini peneliti juga seringkali gagal dalam mendeteksi hal yang akan terjadi. Hal ini seperti menjadi suatu pemindahan keterlibatan berbagai jenis kejahatan pada satu target. Contohnnya penurunan pembajakan pesawat tahun 1970 yang kemudian mengurangi tingkat pemeriksaan pada bagasi hal ini dapatmenimbulkan adanya kegiatan teroris lainnya seperti pemboman mobil, pembunuhan, penyanderaan.
Disisi lain dengan adanya displacement memungkinkan adanya peningkatan dalam kejahatan yang akan terjadi kapapun dan mungkin menjadi salah apabila dikaitkan dengan dispalcement. Contohnya, pejabat London Cnstruction, percaya bahwa munculnya jenis baru siput ada setelah mesin tiket dimodifikasi untuk mencegah penggunaan sebelumnya yang lebih primitif. Namun Clarke menunjukkan bahwa siput baru ini bahkan ditemukan di stasiun sebelumnya, yang menunjukkan bahwa kelompok yang berbeda dari pelaku yang terlibat. Dengan perkembangan analisis pilihan rasional, bukti sudah mulai menumpuk dari keberhasilan penerapan langkah-langkah situasional dengan beberapa biaya terkait displacement. Sehingga setelah meninjau 55 studi perpindahan, Hesseling menyimpulkan bahwa perpindahan tidak ditemukan di 22 studi, dan tidak pernah 100 persen dalam studi penelitian yang tersisa.
Banyak dari bukti tentang pemindahan , datang dari studi yang di reproduksi buku situational crime prevention Ronald V. Clarke ini. Sebagai contoh, Knutsson dan Kuhlhorn (1981)  tidak menemukan adanya bukti dari meningkatnya alternative crimes sebagai hasil dari introduksi dari identifikasi prosedur baru yang mengurangi pemalsuan cek secara signifikan di swedia{studi kasus #7}. Mengikuti pengaturan ulang kios pasar dan pencahayaan yang ditingkatkan yang mengurangi pencurian di  pasar di Birmingham, Inggris, tidak ada bukti bahwa ada pemindahan pencuri ke pasar lain disekitar nya {studi kasus #4}.  Saat caller-ID mulai tersedia di sebagian tempat di New Jerseyy, masih ada sedikit bukti bahwa peningkatan penelpon cabul di daerah lain {studi kasus #5}, mungkin karena penelpon cabul tersebut secara umum bukanlah penelpon random, yang berharap mendapatkan seorang perempuan diujung telpon nya.
Mereka pada umumnya me-viktimisasi wanita teretentu yang mungkin mereka kenal, dan dengan adanya  caller-ID di area telepon lokal mereka, individu-individu tersebut tidak mungkin untuk menelpon daerah New Jersey yang lebih jauh dimana mereka tidak mengenal siapapun. Pada akhirnya Matthews (1990) menemukan sedikit bukti kecil bahwa prostitusi berpindah ke lokasi lain mengikuti ke-suksesan penutupan sebuah red-light district di daerah Finsbury Park, dimana dia menjelaskan dengan menunjukan kecilnya komitmen perempuan-perempuan yang terlibat terhadap prostitusi {studi kasus #3}. Dengan lingkungan di Finsbury Park menjadi kurang ramah untuk perempuan-perempuan tersebut, sebagian besar menyudahi karir prostitusinya atau pindah kembali kerumah.
Dikasus lain yang dikutip diatas, sifat dari pelanggaran yang memiliki target menunjukan bahwa tidak ada guna nya dalam mencari pemindahan. Sebagai contoh,  kemungkinan untuk seseorang yang dihalangi oleh test mabuk random di New South Wales yang sangat kecil (Homel,1993) atau mereka yang mengebut dihalangi oleh kamera kecepatan di Victoria (Bourne dan Cooke, 1993) akan tetap mengikuti sikap tersebut di lain tempat atau waktu. Manusia pada umumnya tidak akan ber komitmen kepada pelanggaran-pelanggaran ini, kecuali pada keadaan tertentu memaksakan mereka (Homel,1993). Satu keadaan yang penting adalah perasaan adanya kemungkinan untuk ditahan dan jika suatu saat test mabuk atau kamera kecepatan ditiadakan, orang akan ragu untuk kembali ke kebiasaan-kebiasaan lama mereka
Understanding Displacement
            Pemahaman yang lebih dalam mengenai motif dan modus operandi kelompok sasaran dari pelaku, seperti yang terdapat dalam penelitian Matthew, menyediakan jalan untuk berhadapan dengan keterbatasan penelitian statistik untuk pemindahan seperti yang dibahas oleh Barr dan Pease (1990). Memang tidak selalu memungkinkan untuk mewawancarai pelaku kejahatan, tetapi dalam beberapa kasus wawasan mengenai motivasi dan metode dapat menyediakan analisis yang lebih dekat dengan pola perilaku kejahatan. Contohnya, Clarke dan Harris (1992b) telah menunjukkan perbedaan penting antara resiko dan aneka bentuk-bentuk pencurian mobil, yang mencerminkan motif dari pelaku kejahatan. Jadi, mobil yang paling beresiko untuk dirampok di Amerika pada pertengahan 1980 adalah mobil baru yang didominasi model Eropa dengan perangkat audio yang bagus; yang aling beresiko untuk dikendarai ugal-ugalan adalah mobil dengan jenis ‘American muscle’; dan mobil yang beresiko untuk dicuri kemudian dijual kembali kebanyakan adalah mobil mewah. Pilihan property yang terstruktur mengenai mobil tersebut tidak sulit dipahami jika dilihat dari motif pelaku dan juga dapat membantu mengarahkan kepada penelitian mengenai pemindahan apabila pengamanan diperbaiki untuk tiap jenis mobil.
Salah satu alasan paling memungkinkan dari berkurangnya jumlah pencurian di Jerman adalah kunci wajib bagi seluruh mobil di jalanan. Di Inggris, sistem kunci berlaku pada mobil baru di manufakturnya. Akibatnya, pencuri akan lebih fokus pada usaha untuk melakukan pencurian pada mobil-mobil lama. Ini berarti, semakin bagus teknologi penguncian, pencuri harus secara bertahap mempelajari cara mengalahkan kunci kemudi.
Diffusion of Benefits
Bahkan ketika terjadi perpindahan, terkadang itu akan menjadi tidak berbahaya, seperti dalam kasus tindakan pencegahan yang membawa bantuan untuk kelompok yang terviktimisasi berulang-ulang meski terdapat biaya peningkatan risiko untuk orang lain. Pengamatan ini memandu desain untuk sebuah eksperimen untuk mengurangi pencurian di Kirkholt, sebuah perumahan publik di daerah utara Inggris. Prioritas sasaran merupakan rumah-rumah yang baru saja terjadi pencurian, dengan hasil bahwa meskipun risiko yang lebih tinggi, beberapa rumah ini mengalami perampokan berulang pada periode tindak lanjut.
Juga dicatat bahwa manfaat pencegahan meresap melalui apa yang disebut dengan proses infusi untuk rumah tangga lain yang tidak menjadi target keras terhadap pencurian sehingga tingkat pencurian untuk seluruh Kirkholt menurun secara dramatis. Efek infusi ini merupakan kebalikan dari perpindahan dalam tindakan pencegahan yang mengarah, tidak meningkat, tetapi untuk pengurangan kejahatan tidak ditangani langsung oleh langkah-langkah. Contohnya, Miethe (1991) menyebutnya sebagai efek “free rider” yaitu ketika keuntungan dari tindakan pencegahan kejahatan diambil oleh tetangga . Scherdin (1986) menggunakan istilah “halo effect” ketika melaporkan bahwa sistem pendeteksi pencuri, tidak hanya dilindungi oleh material elektronik, tetapi juga oleh material lainnya. Kadang dalam beberapa kasus, fenomena dilaporkan tanpa memberinya istilah nama.
Walaupun ada terminologi yang bervariasi, seluruh kasus dalam fenomena yang sama telah diobservasi. Pengurangan kejahatan yang telah terjadi sulit untuk diatributkan untuk tindakan langsung situasional. Clarke dan Weisburd (1994) berpendapat bahwa keumuman dari suatu fenomena menuntut istilah standar dan karena itu mereka mengajukan “diffusion of benefits” (“Difusi Keuntungan”) sejak konotasi geografis dan sementara dalam istilah ini sejalan dengan “pemindahan kejahatan.” Mereka mendefinisikan difusi sebagai “Penyebaran pengaruh keuntungan dari intervensi di luar tempat yang ditargetkan secara langsung, para individu yang menjadi subjek kontrol, kejahatan yang fokus terhadap intervensi atau periode waktu di mana intervensi dibawa”
Mereka juga membedakan dua bentuk dari difusi yang mereka sebut sebagai efek jera dan keputusasaan. Contoh dari efek jera, misalkan dalam menjelaskan mengapa buku pendeteksi sistem juga dapat menghindarkan pencuri dari barang-barang yang tidak ditandai secara elektronik, dan Poyner dalam mengidentifikasi alasan-alasan untuk penolakan secara umum dari kerusakan untuk pelenyapan ketika hanya beberapa bus yang dipasang kamera CCTV. Karena itu orang tidak yakin bust mana yang memiliki kamera CCTV.
                        Untuk difusi dengan “mematahkan semangat”, kuncinya bukan pada penilaian resiko, melainkan pada penilaian usaha dan upah. Sebagai contohnya, salah satu komponen yang membuat aksi terhadap pencurian di Kirkholt adalah dengan cara tidak lagi menggunakan meteran pembayaran pada rumah-rumah di komplek perumahan. Hal ini cukup untuk mematahkan semangat para pencuri pontensial untuk melakukan aksinya karena mereka tidak lagi dapat menemukan uang pada meteran tersebut. Kasus lainnya, menurunnya angka pencurian di pusat kota Birmingham karena penurunan daya tarik bagi pencuri telah dikurangi. Ekblom (1988b) layar anti-bandit di kantor post London menghasilkan penurunan angka perampokan, tidak hanya pada “perampokan counter” tetapi juga pada perampokan staff dan pelanggan dengan mengspekulasikan bahwa para perampok menerima pesan “sesuatu telah dilakukan untuk meningkatkan sekuriti pada kantor sub-pos.
 Clark etal. (1991) menyarankan program “target hardening” pada bank di Australia membawa penurunan angka perampokan pada semua target komersial (toko serba ada, pom bensin, dan kantor perjudian), hal ini dapat terjadi karena perampok mulai percaya bahwa tindakan macam ini tidak lagi layak untuk dilakukan.
            Sherman menyarankan “bonus gratis” dari penindakan untuk menurunkan angka kejahatan dapat ditingkatkan dengan secara acak memutar penindakan pada waktu dan tempat sehingga membuat pelanggar untuk “menaksir terlalu tinggi” tingkat risiko pada kesempatan tertentu. Ia juga menyatakan bahwa pengumuman yang disengaja mengenai usaha untuk menurunkan kejahatan secara paksa agar menciptakan kebimbangan di pikiran pelanggar.  Sejak strategi ini bergantung pada mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pelanggar, kita harus belajar lebih dalam mengenai cara pelanggar mendapatkan informasi tentang inisiatif pencegahan dan peran apa yang dimainkan pada proses ini dengan oberservasi mereka sendiri, hubungan mereka dengan pelanggar lainnya, dan informasi yang didapat melalui media.
            Karena difusi telah diabaikan, kasus yang ada telah meremehkan efek dari pengukuran situasional. Rata-rata evaluasi yang ada adalah dengan menggunakan “eksperimen quasi” atau “eksperimen natural”, peneliti mengambil keuntungan dari intervensi pencegahan baru untuk menguji efek dari kejahatan melalui kegunaan dari seri data waktu. Bahkan tanpa kesilitan dari pengukuran pemindahan dan difusi, interpretasi evaluasi situasional menjadi telah menjadi problematic.
            Kelemahan dari eksperimen quasi adalah kegunaan sebenarnya pada desain eksperimental, melibatkan tugas acak dari pengukuran pencegahan antara perlakuan dan kontrol kelompok. Ketika dicocokan dengan lab, desain ini cenderung melibatkan masalah etika yang serius dan susah serta mahal unutuk diimplementasikan di dunia nyata. Kesulitannya meliputi:
  1. Percobaan dari praktisi, yang memiliki pandangannya sendiri tentang intervensi, untuk menghapus “ke-acak-an”
  2. Reaksi efek dari eksperimen, khususnya bahaya akan “efek hawthorne” yang dihasilkan dari kesulitan menyembunyikan fakta bahwa beberapa kelompok atau daerah menerima pembinaan
  3. Komitmen mereka yang diadministrasikan perlakuan eksprerimen yang mungkin memainkan peran penting dari hasil
  4. Angka diferensial pengurangan yang dapat menghasilkan non-kompabilitas dari eksperimen dan kelompok yang dipilih secara acak
  5. Peurbahan pada waktu intervensi, dan
  6. Masalah etika yang dilibatkan dalam menyediakan tingkat yang berbeda dari layanan kepada eksperimental, kontrol kelompok, dan wilayah.
Hal yang lebih serius dibandingkan dengan kesulitan ini adalah intervensi pencegahan kriminal bukanlah seperti narkotika yang pengobatannya dapat diukur dan dikontrol. Melainkan interaksi yang kompleks dari beberapa keterikatan sosial dan elemen fisik. Hal tersebut membuat tidak mungkin untuk memastikan penyebab yang tepat dari efek yang ditunjukan dari percobaan. Contohnya dari sebuah percobaan langka yang berhubungan dengan shoplifting (Farrington, 1993), yang mengukur tiga hal (electronic tagging, redesigning of merchandise layout, dan petugas keamanan) yang secara sistematis dibandingkan untuk efektivitas. Setiap pengukuran ini diperkenalkan pada dua toko yang menjual barang elektronik, sementara 3 toko served as control
. Hal tersebut menyimpulkan electronic tag dan pendesainnan ulang pada toko telah efektif dalam mengurangi shoplifting. Namun, pendesainan ulang pada barang di toko tersebut kerap kali dirusak oleh pegawai toko untuk meningkatkan penjualan barang tersebut. Disamping itu, petugas keamanan pada toko kurang efektif meskipun para peneliti mengakui hal tersebut masih mungkin karena susunan toko yang membuat sulit untuk mengawasi pelanggan toko.
            Sangatlah tidak mungkin bahwa kemungkinan ini dapat di eksplorasi secara sistematis di dalam metologi eksperimental yang ketat. Jika ada, beberapa toko retail akan mentolerir campur tangan terhadap operasi yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, para kriminolog menyediakan upaya dalam meminalisir shoplifting dengan memilah hal-hal kecil dari kefektivitasan dari petugas keamanan.
Sebuah strategi evaluatif yang lebih tepat untuk situanional crime prevention perlu mengakui bahwa nilai tindakan situasional tertentu sangat bergantung pada sifat masalah dan keadaan yang timbul. Sesuatu yang bekerja/berhasil dalam satu situasi tidak akan selalu bekerja pada situasi lainnya. Yang dibutuhkan adalah sesuatu yang cepat, terkadang kasar, dan indikasi pengukuran yang bekerja. Pengukuran dari situasional prevention sangatlah efektif dalam mengurangi kejahatan,  Mengingat banyak eksperimen yang sedang dilakukan segala macam pengaturan, oleh karena itu strategi optimal yang seharusnya ditampilkan adalah:
1.      Melakukan evaluasi sebanyak mungkin.
2.      Mengimbangi desain yang lemah dengan pengamatan rinci dari proses pelaksanaan (nilai yang diilustrasikan oleh Farrington mengenai pengamatan tentang kaliber petugas keamanan mereka)
3.      Memasukkan informasi sebanyak mungkin tentang biaya dan praktik dari teknik/cara yang sudah dipelajari
4.      Melakukan analisis meta secara berkala terhadap hasil 
5.      Mengumpulkan temuan dengan mengacu pada klasifikasi sistematis teknik situasional.

Mengingat ancaman yang pernah hadir pemindahan dan implementasi sulit dibahas di atas, tidak harus mengejutkan proyek situasional kadang-kadang gagal. Studi melaporkan upaya yang disengaja untuk mencegah kejahatan. Pertimbangan penting goveming suara perangkat studi antara yang memenuhi syarat yang tersisa adalah kebutuhan untuk mendemonstrasikan  situasional.Itu penting untuk memasukan contoh semua kesempatan enam belas mengurangi teknik. Urutan studi dalam volume yang lebih besar ditentukan oleh teknik diilustrasikan.







Komentar

Postingan Populer