Escalating Conflicts



Escalating Conflicts
oleh Khoirunnisa dan Kukuh Bayu




BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang mana dalam kehidupan sehari harinya pasti akan melakukan interaksi dengan individu lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam proses interaksi ini tidak jarang terjadi suatu permasalahan karena kesalahpahaman ataupun sentiment terhadap hal hal yang ada dilingkungan sosialnya. Oleh karena itu dari kejadian tersebut memunculkan konflik, baik dengan individu maupun dengan kelompok.
Konflik yang terjadi pada individu atau kelompok tersebut jika tidak dikelola dan dibiarkan  begitu saja akan semakin meningkat permasalahannya dan sulit untuk diselesaikan. Individu maupun kelompok merasa konflik harus segera diakhiri agar tidak terjadi pertikaian ataupun kerugian lain bagi pihak tertentu. Konflik dapat meningkat jika individu dan pihak lainnya tidak dapat menyelesaikan masalahnya baik melalui mediasi ataupun tidak. Selain itu, meningkatnya intensitas suatu konflik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor proses sosial-psikologi seseorang dan juga perkembangan suatu organisasi yang ada di masyarakat. Peningkatan konflik yang terjadi biasanya memicu lingkungan social yang ada disekitarnya tersebut menjadi turut serta dalam permasalahan konflik ini. Namun, meningkatnya suatu konflik tidak hanya dikonotasikan ssebagai suatu hal negatif, akan tetapi ada pula hal-hal positif yang dapat digunakan oleh pihak yang terlibat dalam suatu konflik, seperti koalisi ataupun aliansi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai proses meningkatnya suatu konflik yang terjadi di masyarakat.








BAB 2
PEMBAHASAN

Peningkatan Konflik
             Peningkatan konflik umumnya terjadi karena bujukan koersif dan peningkatan lingkup partisipasi dalam konflik. Perubahan dalam dua dimensi ini sering terjadi bersama-sama, karena lebih banyak orang yang dimobilisasi untuk berkelahi, sehingga mereka mampu melakukan tindakan koersif lebih besar.  
Peningkatan konflik umumnya mengacu pada peningkatan jumlah partai yang terlibat dalam perjuangan tersebut seperti koalisi maupun aliansi. Peningkatan konflik tidak selalu merusak. Meskipun meningkatnya perilaku mungkin menjadi langkah saja jalan menuju hasil yang saling merusak, mungkin juga menjadi langkah menuju hubungan yang lebih adil dan saling menguntungkan.
Peningkatan konflik yang membuat permasalahan menjadi semakin memburuk atau terkesan merusak (destruktif) akan membuat pihak yang terlibat dalam konflik tersebut saling  mengobarkan perjuangan yang relatif besar bersaing, dan mereka mengembangkan mekanisme mengabadikan diri. Konflik yang bersifat destruktif ini cenderung bertahan untuk waktu yang sangat lama, dalam konflik antara kolektivitas skala besar, bahkan dari generasi ke generasi.
Proses Peningkatan
Perubahan internal
Proses peningkatan internal untuk salah satu pihak terjadi di dalam pikiran individu atau dalam struktur organisasi. Dalam hal ini menekan kan pada proses yang berkontribusi dengan tidak sadar dalam peningkatan konflik yang bersifat destruktif.
Proses sosial-psikologis
            Banyak teori dan hasil penelitian dalam psikologi sosial memberikan wawasan untuk membantu menjelaskan peningkatan konflik. Teori disonansi kognitif, menunjukkan bahwa individu mencari konsistensi antara apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pikir harus mereka lakukan. Akibatnya, sekali melakukan tindakan, mereka berusaha untuk membenarkan itu dalam pikiran mereka sendiri. Oleh karena itu sebagai orang yang menyakiti atau melukai manusia lain, mereka cenderung menganggap penyebabnya karena untuk lebih dihargai, dengan melakukan tindakan yang lebih berbahaya.
Contoh proses sosial-psikologi: melibatkan emosi personal, misalnya seperti orang yang sedang berkonflik atau marah, akan berpikir bahwa tindakannya itu telah benar, sehingga konflik pun dapat meningkat. Atau, misalnya si A sedang diolok-olok oleh si B, awalnya si A diam, namun si B terus-menerus mengolok-olok hingga akhirnya si A merasa emosi lalu menimbulkan kemarahan yang juga dapat berakibat pada kekerasan. Kasus ini nyatanya dapat dilihat dari kasus antara Ahok, Haji Lulung dan Personil Slank.
Perkembangan Organisasi
            Dalam konflik antarkelompok biasanya akan memunculkan tindakan yang sifat koersif, hal ini digunakan untuk meredakan konflik dalam kelompok. Tiga perkembangan saling terkait semacam ini sangat penting: identifikasi kepemimpinan dengan konflik eksternal, mobilisasi partisan, dan peningkatan harapan.
            Dalam konflik pemimpin sangat lah penting, dimana mereka bisa dikatakan sebagai perwakilan dari angota anggotanya. Disini sosok pemimpin sebagai penjembatan dengan pihak eksternal.  Namun, dengan bergantinya sosok pemimpin juga bisa sebagai sarana menyelesaian konflik. Biasanya situasi seperti ini dilakukan ketika pemimpin sebelumnya belum dapat menyelesaikan konflik. Komposisi anggota juga menjadi alah satu faktor meluasnya suatu konflik, semakin banyak angota yang tergabung akan semakin meluas pula konflik yang terjadi. Dan semakin banyak abnggotnya maka sense of belonging terhadap kelompok akan semakin tinggi. Biasanya konflik seperti ini terjadi pada kelompok kelompok yang tertindas. Perubahan tujuan dan komitmen yang tinggi dapat menyebabkan konflik baru atau meredakan konflik. Biasanya konflik ini muncul karena banyak yang melanggar peraturan baru, tapi belum ada hukum yang mengatur.
Ekspektasi juga berubah sesuai dengan mekanisme sosial-psikologis. Mekanisme ini sering digunakan oleh para pemimpin, intelektual, dan aktivis untuk memobilisasi partisan dalam konflik yang sedang berlangsung dan meningkat. Pemimpin bisa “wave the bloody shirt”, menunjukkan bagaimana dia telah banyak berkorban dalam perjuangan dan urging that those losses should not be in vain, bahwa perjuangan harus terus berlangsung hingga kemenangan tercapai. Sakit yang dirasakan digunakan untuk spur further struggle, memacu agar perjuangan atau struggle terus berlanjut.
Pihak yang terlibat dalam konflik dengan agen spesial untuk waging fights, seperti tentara dan polisi, bisa meningkatkan perilaku koersif secara cepat disaat unit tersebut mulai beroperasi, karena level koersinya besar. Contoh: Misalnya konflik dalam perebutan jabatan anatara Prabowo dan Jokowi. Dimana para kubu merasa tersaingi oleh lawannya, sehingga dapat memicu peningkatan konflik.
Perubahan relasi antar pihak yang berkonflik
Ketika konflik menjadi menegang, hubungan antara lawan berubah dalam cara-cara yang cenderung meningkatkan pertarungan. Tiga perubahan tersebut mendasar pada: 1. logika dari interaksi perdebatan, 2. perluasan masalah dalam pertengkaran, dan 3 polarisasi hubungan.
The Logic of Interaction
            Karena pihak lawan dalam berkonflik merubah perilaku contentious atau perdebatan, masing-masing kelompok akan meningkatkan tekanannya kecuali ditolak/dicegah oleh koersi yang lebih besar. Respons emosional berkontribusi atau berpengaruh pada tindakan koersif antar lawan. Apabila satu pihak merasa terancam atau dilukai, maka dia akan cenderung merespon dengan peperangan/permusuhan dibandingkan dengan persetujuan tanpa protes (acquiescence). Selanjutnya, karena satu pihak menjatuhkan sanksi negatif kepada pihak lain, sanksi tersebut kemudian menjadi isu.
Ekspansi dari isu sendiri adalah masalah yang sering terjadi karena unsur yang tidak disengaja. Salah satu pihak salah mengartikan tentang bagaimana lawan akan merespon dan melakukan tindakan yang mengakibatkan eskalasi lebih besar dari apa yang dimaksudkan oleh salah satu pihak. Hal ini juga dapat terjadi ketika ancaman dibuat dengan harapan bahwa hal itu akan cukup membuat takut lawan padahal hanya gertak sambal. Jika lawan tidak terintimidasi  maka pihak yang mengancam memiliki alasan tambahan untuk melakukan ancaman yang lebih atau mereka akan kehilangan kredibilitas dan kehilangan muka dihadapan musuh.
Jika salah satu pihak melakukan perbuatan pemaksaan yang ekstrim, maka sangat mungkin untuk melihat pelaku bertindak kasar dan tidak manusiawi, mungkin sebagai bentuk kejahatan. Kadang-kadang, yang memalukan dan brutal adalah musuh membuat mereka atau pihak lawan  tampak hina dan lebih rendah dari manusia. Namun, jika salah satu pihak membuat gerakan damai atau merespon tindakan lawan dengan kurang agresif pihak yang lain mungkin menafsirkan bahwa hal tersebut sebagai tanda kelemahan. Kelemahan ini kemudian berfungsi untuk meningkatkan tuntutan dan tekanan. Kemudian, untuk mengembalikan kredibilitas dan menunjukkan tekad pihak  yang sebelumnya mengajukan damai meningkatkan tuntutan sendiri. Dan konflik semakin meningkat ketika taruhannya dimulai kembali.

Expansion of the Issues
Sekali perjuangan telah dimulai karena satu masalah, masalah yang baru dan umum akan muncul ke permukaan. Isu-isu yang sebelumnya tidak muncul atau disembunyikan sering muncul ketika pihak yang bermusuhan telah mulai saling menyerang. Perluasan isu tersebut adalah sangat mungkin bila ada perpecahan yang mendalam mengenai nilai-nilai fundamental atau kepentingan di antara anggota masyarakat, organisasi, atau sistem sosial lainnya. Sebuah isu yang relatif kecil dalam sengketa dapat mengambil makna simbolis yang besar, setelah perjuangan yang sudah berlangsung. Apa yang mungkin menjadi masalah kecil antara teman-teman, bisa memiliki arti yang besar jika berhubungan dengan musuh.
Polarization of Relations
Saat konflik muncul dan berkembang, musuh cenderung menjadi semakin terisolasi dari satu sama lain. Misalnya, sebelum perang benar-benar meletus antara pemerintah, mereka secara bersama-sama cenderung untuk menarik diri dari keanggotaan dalam organisasi internasional. Polarisasi diperparah oleh kecenderungan partisan untuk membuat pihak yang tidak berkonflik mendukung mereka. Sejauh pihak yang lain atau lawan merasa lebih unggul secara moral dan yakin bahwa orang-orang yang belum terlibat dalam perjuangan akan menjadi sekutu mereka, maka pihak tersebut akan mendesak mereka untuk bergabung dengan pihaknya. Polarisasi dalam hubungan antara antagonis mengurangi kesempatan untuk berkomunikasi tentang isu-isu non kontroversial.
Involvement of Other Parties
Setelah perjuangan terbuka dimulai, pihak yang awalnya tidak terlibat mungkin melihat peluang untuk mendapatkan manfaat yang signifikan dengan bergabung dalam keributan atau konflik. Perjuangan dapat memberikan kesempatan untuk membahayakan dan melemahkan musuh lama, atau mungkin kesempatan untuk memenangkan sebagian dari harta rampasan dan perpepsi bahwa kemenangan mungkin menghasilkan atau menguntungkan. Kadang-kadang, dalam perjuangan terdapat campur tangan atau intervensi untuk mendukung teman atau sekutu yang dilakukan oleh pihak luar. Intervensi tidak memerlukan keterlibatan langsung dalam perang, revolusi, pemogokan, atau gerakan protes untuk meningkatkan konflik. Penyediaan senjata, dana, atau alat lain dalam perjuangan memungkinkan para pejuang untuk menaikkan besarnya sarana yang digunakan dan untuk mempertahankan perjuangan.

Conditions and Policies Generating Destructive Struggles
Proses eskalasi menghasilkan perjuangan destruktif dalam jangka waktu lama di bawah beberapa kondisi. Kita sekarang menguji faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya model konflik destruktif serta menganalisis bagaimana model ini terkait dengan seberapa lama konflik berlangsung. Sebelum melakukannya, kita perlu membahas dua istilah yang mengacu pada jenis tertentu perjuangan berkepanjangan (prolonged struggle): konflik yang berlarut-larut dan konflik yang sulit terselesaikan.
Konflik yang berlarut-larut merujuk khususnya, konflik berbasis identitas yang sudah sangat mengakar. Seperti Edward E. Azar telah menggunakan istilah, "perjuangan yang berkepanjangan dan sering timbul kekerasan oleh kelompok komunal (agama, etnis, ras, atau budaya) untuk berbagai alasan dasar seperti keamanan, pengakuan dan penerimaan, akses yang adil bagi institusi politik dan partisipasi ekonomi.
Konflik keras juga mengacu pada konflik berkepanjangan, dalam kasus konflik skala besar, mereka yang bertahan selama lebih dari satu generasi. Mereka muncul untuk melawan upaya pada resolusi, dan banyak anggota kelompok musuh abadi cenderung untuk mempertimbangkan tujuan mereka menjadi tak terdamaikan.
Tidak semua tekanan dari luar bisa menjadi merusak dan tahan lama. Beberapa cepat dan meningkat, sebagai salah satu sisi untuk beberapa derajat secara sepihak dikenakan pada penyelesaian atau musuh lebih atau kurang saling membangun sebuah hasil yang dapat diterima. Dalam konflik yang berkepanjangan, bahkan dicirikan sebagai berlarut-larut, perilaku konflik perdebatan berfluktuasi dalam tingkat yang sangat parah.
Pilihan strategi
Strategi konflik yang dilakukan oleh masing-masing musuh sangat mempengaruhi kemungkinan akan meningkatkan perjuangan destruktif mereka, karena hal itu mempengaruhi pilihan lawan strategi konflik, dan juga berdampak kepada pihak yang telah melakukan strategi serta jenis intervensi yang dilakukan oleh pihak lain.
Dampak Kepada Musuh
Strategi konflik yang dilakukan oleh salah satu pihak adalah untuk mempengaruhi tindakan musuhnya. Strategi dapat berupa provokasi bahkan intimidasi agar mendapatkan respon penentangan. Ada beberapa strategi cenderung ambigu dalam tujuan, seperti yang dilakukan oleh teroris yang identitasnya dirahasiakan. Tujuan mereka tidak dapat ditafsirkan. Pada akhirnya, strategi dilakukan untuk memprovokasi musuh dan untuk meningkatkan konflik.
Dampak Terhadap Pihak Lain
Strategi konflik yang digunakan juga memberikan pengaruh kemungkinan pihak lain untuk ikut bergabung dalam pertentangan dan meningkatkan ruang lingkup. Mungkin keterlibatan pihak baru bisa untuk menghentikan konflik, namun juga bisa meningkatkan konflik karena untuk mendaptkan dukungan dari pihak lain tersebut. Seperti apa yang terjadi dengan konflik Indonesia dan Timor Timur yang melibatkan PBB.
Isu Kontroversial
Masalah kontroversial sangat bervariasi dalam kecenderungan untuk eskalasi. Pihak akan membela apa yang mereka yakini dan melawan yang mengancam keberadaannya. Dengan demikian, pengakuan serikat buruh menjadi lebih penting daripada pemogokan tentang upah dan jam. Dalam hubungan internasional, isu-isu yang melibatkan banyak negara lebih rentan mengalami eskalasi. Masalah disensual memiliki potensi eskalasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masalah konsensual. Pertikaian yang melibatkan nilai-nilai ideologis dan isu moral bisa lebih melibatkan banyak pihak, seperti agama dan etnis. Dengan demikian, di negara yang memiliki lebih dari satu etnis maka akan ada yang lebih mendominasi dan hidup dalam pluralitas. Sepanjang ada perubahan lebih kepada tujuan kolektif dari pada individual dari masing-masing pihak, diperlukan realokasi sumber daya dan dilembagakan untuk meminimalkan tindakan koersif. Selain itu, semakin besarnya isu kontroversial dan semakin banyaknya keluhan, maka semakin banyak bahan bakar untuk menyalakan api eskalasi. Pada akhirnya, ketidakcocokan tujuan menjadi pemicu konflik. Dalam beberapa konflik, ancaman menjadi hal yang penting untuk diatasi demi eksistensi mereka. Namun, juga terkadang ancaman disalahartikan, dan dibesar-besarkan sehingga bisa menimbulkan eskalasi konflik.

Perkembangan Internal
Banyak keadaan dan kebijakan internal mempengaruhi, dibahas sebelumnya proses psikologis dan organisasi sosial mereka berkontribusi pada eskalasi konflik. Pembahasan berikut ini terbatas pada homogenitas dan diferensiasi.


Homogenitas
Keragaman internal akan baik agar tidak terjadinya eskalasi konflik. Namun, homogenitas justru cenderung untuk merespon ancaman dengan cara yang sama. Sebaliknya, keragaman internal justru bisa mendorong de-eskalasi karena pihak heterogen cenderung mempunyai prioritas yang berbeda-beda. Pemimpin cenderung mendorong homogenitas, melembagakan kebijakan untuk membangun dukungan tujuan dan menggambarkan musuh sebagai ancaman yang serius bagi kepentingan dan identitas. Perbedaan tidak hanya muncul dari karakteristik kepribadian, namun juga berbagai keyakinan yang bisa menyebabkan eskalasi destruktif.
Differensiasi
            Dalam beberapa kejadian, kurangnya koordinasi dan kontrol dapat menyebabkan eskalasi. Karena tidak berada pada kontrol yang efektif dari atasan mereka. Yang sering terjadi dalam konflik seperti pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dilakukan oleh individu dan kelompok-kelompok kecil yang bertindak tanpa perintah.
Interaksi Di Antara Musuh
Bagaimana musuh menanggapi perilaku yang kontroversial memberikan kontribusi langsung terhadap eskalasi konflik. Berikut adalah tiga macam dari interaksi tersebut.
Nonresponse (tanpa tanggapan)
Ketika suatu kelompok mengabaikan perilaku kontroversial dari musuh, hasilnya biasanya menimbulkan eskalasi. Musuh akan tindakan yang lebih ekstrim untuk mendapatkan respon dari pihak lawan. Non response juga sering dianggap sebagai penolakan dan itu adalah hal yang memalukan.
Overreaction (reaksi yang berlebihan)
            Setelah lawan terlibat dalam konflik, interaksi mereka meningkat dan salah satu atau keduanya memaksakan penyelesaian yang koersif. Salah satu bentuk reaksi berlebihan adalah hasil dari gagalnya untuk mengenali perbedaan dari sisi musuh/overgeneralization. Dalam situasi seperti itu, kekerasan yang dilakukan mungkin sembarangan atau ancaman, melukai, atau mengancam untuk menyakiti orang-orang yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik. Mereka dipengaruhi oleh luasnya serangan yang mereka buat untuk melawan, sehingga melebarkan ruang lingkup.
Underreaction (reaksi damai)
            Reaksi damai terhadap tuntutan dan ancaman bertujuan untuk dapat mengakhiri krisis dan mencegah konflik meningkat, Namun reaksi damai terhadap ancaman juga terkadang mengakibatkan eskalasi konflik. Resiko dari underreactionadalah tampaknya kelemahan dan membuat nafsu musuh meningkat, membuat tuntutan yang lebih da meningkatkan perlawanan mereka. Terlalu baik atau terlalu keras respon yang diberikan intinya adalah selalu dapat meningkatkan perjuangan, dalam keadaan yang berbeda.
Konteks Sosial
Konteks sosial dari sebuah perjuangan sangat mempengaruhi adopsi strategi konflik dengan menyediakan model kebijakan yang efektif dan juga sebagai sumber intervensi.Faktor dan proses kontekstual yang lain juga dapat mempengaruhi pergeseran dari sanksi yang lebih berat atau yang lebih kecil.
Linkages
Konflik yang terjadi pada seseorang, kelompok, organisasi menjadi sangat penting untuk perluasan lingkup. Jadi, teman-teman dan kerabat cenderung ditarik dalam konflik interpersonal. Teori mobilitas sumber daya mengatakan organisasi bersekutu dengan ideologi, aliansi sebelumnya, dan koneksi jaringan lainnya cenderung dimobilisasi untuk memulai perjuangan. Hal ini juga memperlihatkan aliansi menyebabkan perang dunia terjadi
Other Conflict
Aspek penting lain dari konteks konflik tertentu keterlibatan partisan 'dalam perjuangan lainnya. Jadi, ketika konflik tambahan menjadi ditumpangkan pada perjuangan yang diberikan, keduanya cenderung meningkat danberkepanjangan. Terdapat konflik baru yang mengeskalasi konflik yang sebelumnya sudah pernah ada.
Intervention
Pihak luar seringkali ikut campur dalam mempengaruhi jalannya perjuangan. Mereka bisa meningkatkan ataupun mengurangi konflik, seperti bisa mengambil keuntungan dari konflik yang terjadi maupun memediasi untuk meminimalkan eskalasi destruktif.





Contoh Kasus
(Sidonews, 2016) Sikap tidak tegas pemerintah terkait keberadaan angkutan online menjadi pemicu bentrok antara sopir angkutan umum konvensional dengan pengemudi online. Pengamat transportasi dari Universitas Tarumanegara Leksmono Suryo Putranto mengatakan, tidak ada yang mengira bila unjuk rasa sopir angkutan umum konvensional berujung pada konflik horizontal sesama pengemudi.  Menurut Leksmono, ini merupakan dampak dari belum adanya sikap tegas pemerintah terhadap perkembangan angkutan beraplikasi. "Konflik horizontal ini sudah lama terjadi. Konflik hari ini cermin dari ketidaktahanan para sopir. Pemerintah harus segera bersikap tegas," kata Leksmono saat dihubungi Sindonews, Selasa (22/3/2016).Ketua Penelitian dan Pengembangan Dewan Transportasi Kota Jakarta (Libang DTKJ) itu menuturkan, hal yang mendasari konflik horizontal antar-pengemudi ini adalah ketidaksamaan tarif, bukan aplikasi. Sebab, sebelum adanya Uber, Grab dan sebagainya, sejumlah perusahaan taksi sudah mengadopsi aplikasi.  Sebelumnya diberitakan, tak terima sejumlah rekannya mendapatkan tindak kekerasan oleh oknum sopir taksi konvensional, puluhan pengemudi Go-Jek dan Grab Bike melakukan aksi sweeping di kawasan Taman Anggrek, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Selasa (22/3/2016) pagi . Dalam aksinya, puluhan driver itu memberhentikan sejumlah pengendara angkutan umum baik mikrolet, angkutan umum, dan angkutan konvensional.Tak terima sejumlah rekannya mendapatkan tindak kekerasan oleh oknum sopir taksi konvensional, puluhan pengemudi Go-Jek dan Grab Bike melakukan aksi sweeping di kawasan Taman Anggrek, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Selasa (22/3/2016) pagi.
(Sindonews, 2016) "Kami tidak terima dengan demo sopir angkutan yang memukuli anggota kami," tutur Jeje, koordinator aksi Go-Jek.Bila tidak berhenti di lokasi, para sopir Go-Jek dan Grab Bike ini langsung melakukan tindakan anarkis dengan menurunkan paksa penumpang dan memukuli sopirnya. Sekitar setengah jam aksi sweeping berlangsung. Kapolsek Tanjung Duren, Kompol Hari Purnomo mendatangi lokasi. Sopir Go-Jek yang melakukan sweeping pun di bubarkan. Sementara satu orang sopir angkot dari M03 di laporkan menjadi korban pemukulan oknum puluhan driver Go-Jek ini.
(Wartakota, 2016) Ribuan pengemudi taksi yang menggelar unjukrasa terlibat bentrok dengan ratusan pengemudi angkutan ojek berbasis-aplikasi, Go-Jek, di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa. Menurut pantauan Antara, ketika ribuan pengemudi taksi berpindah unjuk rasa ke depan Istana Negara, tiba-tiba datang ratusan pengemudi Go-Jek dari arah jalan Merdeka Utara dengan konvoi motornya.Pengemudi taksi yang terpancing melempari Go-Jek dengan batu dan barang keras lainnya.Saat ini kedua pihak sedang berkumpul di depan Istana Merdeka dan Go-Jek di jalan Gajah Mada. Aparat kepolisian menjaga di kedua sisi.Beberapa waktu sebelumnya, sejumlah ribuan sopir taksi mengadakan aksi di depan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, menuntut untuk menutup aplikasi transportasi daring.Masa mulai berkumpul sekitar pukul 13.00 wib. Dengan ratusan mobil taksi, bajaj, colt dan metromini diparkirkan di dalam Monas.Peserta aksi tolak aplikasi transportasi daring sempat menurunkan paksa para penumpang taksi dan menghentikan paksa sopir taksi yang masih beroperasi.Menurut pantauan Antara, di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, puluhan peserta aksi menghentikan beberapa taksi yang melintas, kemudian memaksa penumpang untuk turun.Taksi yang beroperasi dirusak dan dilempari batu untuk dipaksa ikut aksi turun ke jalan. Terlihat spion kiri patah dan retak kaca mobil.Beberapa badan mobil juga terlihat rusak. Taksi tersebut bertuliskan taksi bandara berlambang burung biru.Salah satu metromini terparkir di depan Monas terlihat rusak parah. Semua bagian kaca pecah serta serpihan kaca masuk di dalam metromini.Terlihat beberapa batu bekas lemparan yang merusak kaca tergeletak di dalam badan bus dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Analisis Kasus
Salah satu analisis yang dapat dilakukan dari konflik pengemudi ojek berbasis aplikasi dengan kendaraan konvensional adalah adanya dampak terhadap pihak lain, yaitu melibatkan pemerintah untuk bertindak secara tegas dalam permasalahan ini, walaupun belum ada bentuk tindakan yang konkrit dari pemerintah itu sendiri. Apabila dilihat dari perkembangan internal adanya differensiasi, yaitu kurangnya koordinasi satu pihak dalam melakukan tindakan, terlihat pada sejumlah rekannya dari ojek aplikasi mendapatkan tindak kekerasan oleh oknum sopir taksi konvensional. Berikutnya, apabila dilihat dalam interaksinya konflik ini termasuk dalam overreaction, para pengojek aplikasi menyelesaikan permasalahan dengan tindakan yang koersif, terlihat pada satu orang sopir angkot dari M03 di laporkan menjadi korban pemukulan oknum puluhan driver Go-Jek. Terakhir, jika dilihat dalam konteks sosial linkages dan other conflict dapat menjelaskan fenomena ini. Linkagesterlihat berawal dari sejumlah rekan Gojek mendapatkan tindak kekerasan oleh oknum sopir taksi konvensional, berubah menjadi isu kelompok dan mereka melakukan sweeping besar-besaran. Sedangkan other conflictterlihat pada isu sebelumnya yang muncul adalah adalah ketidaksamaan tarif, bukan aplikasi.

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan

            Kesimpulan yang terdapat dalam makalah ini adalah bahwa dalam sebuah konflik, anggota kelompok harus mempertimbangkan emosi yang menjadi faktor penting dalam pengembangan perjuangan. Emosi tersebut juga menyebabkan suatu perjuangan dapat berlarut-larut dan merusak atau menyelesaikan. Selain itu, ketakutan dan kemarahan akan merangsang ketika seseorang atau kelompok merasa diserang, dan diduga memberikan kontribusi terhadap peningkatan konflik. Apabila satu pihak merasa terancam atau dilukai, maka akan cenderung merespon dengan peperangan/permusuhan dibandingkan dengan persetujuan tanpa protes (acquiescence). Selanjutnya, apabila satu pihak menjatuhkan sanksi negatif kepada pihak lain, maka sanksi tersebut akan menjadi isu.
            Proses eskalasi menghasilkan perjuangan destruktif dalam jangka waktu cukup lama dalam beberapa kondisi yang terjadi. Apabila sekali saja struggle telah dimulai karena satu masalah, masalah yang baru akan muncul ke permukaan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah interaksi yang terjadi antar musuh. Terdapat beberapa tanggapan diantaranya nonrespon atau tidak menanggapi sama sekali yang membuat salah satu pihak merasa terhina oleh pihak lawan karena tidak dianggap keberadaannnya. Selanjutnya adalah overreaction atau tanggapan yang berlebihan, dimana orang yang saling berkonflik, saling menanggapi satu sama lain dan biasanya memberikan banyak kontribusi untuk meningkatkan sebuah konflik. Yang terakhir adalah underreaction yang merupakan suatu reaksi atau tindakan yang ringan atau damai  dan berusaha untuk meredakan konflik tertentu, tetapi malah dapat mengakibatkan atau malah menimbulkan eskalasi atau peningkatan konflik. Jadi kesimpulannya bahwa, terlalu keras maupun terlalu lembut suatu reaksi terhadap konflik, dapat meningkatkan sebuah perjuangan, maupun dalam keadaan yang berbeda-beda.




Daftar Pustaka
Kriesberg, Louis. 2006. Constructive Conflict : From Escalation to Resolution. Rowman and Littlefield Publisher.
Sindonews. 2016. Dipetik 8 Maret 2017. Bentrok Sopir Taksi vs Ojek Online Akibat Ketidaktegasan Pemerintah. https://metro.sindonews.com/read/1094953/170/bentrok-sopir-taksi-vs-ojek-online-akibat-ketidaktegasan-pemerintah-1458643311
Sindonews. 2016. Dipetik 8 Maret 2017. Rekannya Dipukuli, Pengemudi Go-Jek dan Grab Bike Sweeping Taksi.https://metro.sindonews.com/read/1094830/170/rekannya-dipukuli-pengemudi-go-jek-dan-grab-bike-sweeping-taksi-1458623039
Wartakota. 2016. Dipetik 8 Maret 2017. Berikut Kronologis Bentrok Sopir Taksi dengan Pengemudi Gojek.http://wartakota.tribunnews.com/2016/03/22/berikut-kronologis-bentrok-sopir-taksi-dengan-pengemudi-gojek


Komentar

Postingan Populer